Risma: 90 Persen Warga Surabaya Disiplin Protokol Kesehatan

Surabaya saat ini zona oranye

Surabaya, IDN Times - Perlahan tapi pasti kasus penyebaran virus corona di Kota Surabaya kian melandai. Terbukti, peta risiko menetapkan status zona Kota Pahlawan dari warna merah pekat menjadi oranye. Artinya, tingkat penularan COVID-19 di kota ini berisiko sedang.

Surabaya yang semula kokoh menjadi kota dengan kasus aktif terbanyak, kini melorot ke urutan kedelapan. Data Satgas Penanganan COVID-19 mencatat per 9 Agustus 2020, ada 1.283 kasus aktif di Surabaya. Jauh lebih rendah dari Jakarta Pusat yang memiliki 2.213 kasus aktif.

Membaiknya keadaan ini tak lepas dari meningkatnya kepatuhan warga kota mengenai protokol kesehatan. Ditambah lagi, upaya pemerintah kota (pemkot) melacak (tracing) bila ada kasus terkonfirmasi positif COVID-19.

1. Sebut banyak yang sembuh daripada yang dirawat

Risma: 90 Persen Warga Surabaya Disiplin Protokol KesehatanIlustrasi para pasien COVID-19 yang sembuh usai dikarantina di Hotel Asrama Haji. Dok Humas Pemkot Surabaya

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, jumlah pasien sembuh lebih banyak dibandingkan yang sakit. Data Surabaya Lawan COVID-19 memaparkan, ada total 10.112 kasus positif per 13 Agustus 2020. Sebanyak 6.855 sembuh, 2.418 dirawat dan 839 meninggal dunia.

"Kita banyak yang sembuh dibandingkan yang sakit. Itu sudah berlangsung satu bulan," ujarnya saat live YouTube di Katadata Indonesia, Sabtu (16/8/2020).

2. Dikarenakan tracing masif dan pengetatan protokol kesehatan

Risma: 90 Persen Warga Surabaya Disiplin Protokol KesehatanWali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat memberangkatkan mahasiswa relawan COVID-19, Senin (3/8/2020). Dok Humas Pemkot Surabaya

Tingginya kasus sembuh, menurut Risma, tidak hanya faktor pelayanan yang membaik, tapi juga tracing. Pihaknya mengklaim mengetahui warganya yang sakit, kemudian melacaknya secara masif. Orang yang kontak erat selama 14 hari dengan pasien positif langsung di-rapid test. Apabila reaktif akan dites swab.

Banyaknya kasus yang sembuh membuat Risma memberanikan diri membuka kembali akses ekonomi warganya. "Pasar, mal, UKM (dibuka) dengan protokol sangat ketat," tegas Risma.

Protokol ketat itu dicontohkan Risma di pasar. Ketika transaksi harus ada pemisah berupa tirai plastik, kemudian ada yang memakai perantara berupa nampan. Tak hanya itu, jalur keluar masuk dibuat one gate system dan tidak semua pedagang jualan di dalam pasar. Sebagian lapaknya dipindahkan ke luar pasar.

Baca Juga: Pakar Epidemiologi Heran dengan Klaim Risma Soal Surabaya Zona Hijau

3. Lakukan kontrol dan sanksi supaya warganya disipilin protokol kesehatan

Risma: 90 Persen Warga Surabaya Disiplin Protokol KesehatanTes swab massal di Pasar Keputran, Rabu (15/7/2020). Dok Humas Pemkot Surabaya

Agar disiplin, lanjut Risma, perlu kontrol bersama. Dia mengajak camat dan lurah untuk turun langsung mengontrol warganya di perkampungan. Selanjutnya di perkantoran juga dikontrol petugas pemkot secara rutin. Termasuk di tempat keramaian seperti warung kopi, cafe, restoran, mal hingga pasar.

Pengontrolan ini dilakukan karena memang aktivitas di Surabaya saat ini sudah kembali normal. "Kami tidak segan mengingatkan dan menegur mereka kalau tidak disiplin. Ada yang dapat sanksi ngasih makan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan push up," kata Risma.

4. Sebut yang tidak disipilin warga luar kota dan anak-anak

Risma: 90 Persen Warga Surabaya Disiplin Protokol KesehatanWali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam video confference bersama warga Kecamatan Gunung Anyar, Sabtu (1/8/2020). Dok Humas Pemkot Surabaya

Hal tersebut, kata polikus PDI Perjuangan itu, meningkatkan tingkat kepatuhan warga Kota Surabaya. Dia menyebut, kepatuhan protokol kesehatan mencapai 90 persen. Justru menurut Risma, yang tidak patuh ialah warga luar kota dan anak-anak.

"Tapi anak-anak sekarang sudah mulai mengerti bahwa mereka harus gunakan masker," ucapnya.

"Yang dari luar kota memang sering meremehkan, merasa tidak melakukan apa-apa, tapi sanksi tetap kami lakukan," dia menambahkan. Meski begitu, Risma menekankan Surabaya masih rumah bersama. Terbuka untuk semuanya.

5. Masalah lain yang belum tertangani ialah minimnya alat tes COVID-19

Risma: 90 Persen Warga Surabaya Disiplin Protokol KesehatanSuasana Pasar Keputran setelah dibuka lagi, Senin (27/7/2020). Dok. Humas Pemkot Surabaya

Masalah lain yang dihadapai Satgas Penanganan COVID-19 Surabaya ialah keterbatasan alat tes. Risma mengaku kebingungan karena acap kali alat tes berupa kit rapid test habis. Pilihan rapid test diambil lantaran kemampuan tes swab di Surabaya juga masih terbatas.

"Masalah dengan peralatan dan alat tes. Sering kali alat kami habis, kami gak tahu harus mencari kalau gak meminta bantuan ke BNPB. Ini jadi kendala kami di lapangan," kata Risma.

Data Lawan COVID-19 Surabaya menyebut, sudah ada 127.579 kit rapid test yang diginakan per 11 Agustus 2020. Sedangkan tes swab, sudah 54.852 sampel yang dites.

Baca Juga: Risma Minta Bantuan Fatayat NU untuk Awasi Ibu Hamil dan Balita

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya