Buntut 'Amplop Kiai', Kader PPP Jatim Minta Suharso Manoarfa Mundur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jawa Timur mendorong Suharso Manoarfa mundur dari jabatan Ketua Umum (Ketum) PPP. Hal ini buntut masalah 'amplop kiai' yang diungkapkan Suharso saat Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas di Gedung ACLC KPK, Jakarta, pada 15 Agustus lalu.
1. DPW PPP Jatim minta Suharso Manoarfa mundur
Sekretaris Majelis Pakar DPW PPP Jatim, Sudarsono Rahman mengatakan, meski DPP PPP sudah meminta maaf terkait pernyataan tersebut, namun kader PPP di Jawa Timur masih kecewa. Bahkan, kader meminta Suharso segera mundur dari PPP.
"Pada prinsipnya kami menyesalkan pernyataan Ketum persoalan amplop kiai. Dalam fenomena ini kami mengambil sikap agar Ketua Umum menyelamatkan gerbong besar ini. Oleh sebab itu beliau harus legowo mundur dari Ketum, kalau tidak nanti ada gerakan lebih besar lagi," kata Sudarsono, Jumat (19/8/2022).
Sudarsono mengatakan, Suharso harus gentle untuk mengakui kesalahan fatalnya, dan segera mundur. Menurutnya, kepemimpinan Suharso bisa merugikan partai, apalagi saat ini sudah mendekati momen Pemilu 2024.
"Kalau beliau legowo mundur akan soft, proses pemenangan partai akan jalan, dan target terpenuhi, daripada gerakan demo terus terjadi. Soal siapa penggantinya itu urusan DPP, dan usulan DPW se Indonesia, serta DPC," ujarnya.
"Bisa jadi Muktamar Luar Biasa (MLB), tapi harus dihitung karena waktunya singkat menjelang pemilu 2024," sambungnya.
Baca Juga: Forum Warga NU Jombang Ancam Laporkan Suharso Soal "Amplop Kiai"
2. Ucapan Suharso dirasa menyakiti santri dan kiai
Wakil Ketua Majelis Pertimbangan DPW PPP Jatim, KH Saiful Muluk Basaiban menyebut, ucapan Suharso menyakiti para santri dan kiai. Budaya 'amplop kiai' atau biasa disebut bisyaroh merupakan hal biasa.
"Sangat disesalkan pernyataan Suharso. Bahwa memberi hadiah ke kiai itu bentuk penghormatan, kiai tidak pernah minta dan menekan, bedakan antara hadiah dan meminta. Sebagai seorang santri memuliakan kiai salah satunya dengan bisyaroh itu biasa, itu bentuk hormat," tegas Saiful.
Pengasuh Pondok Sidoresmo Surabaya ini mengingatkan, bahwa PPP merupakan partai berazaskan islam. Jika Ketum Suharso terus melukai umat Islam, maka PPP akan berpotensi terus tenggelam.
"Ini menyakiti, apalagi di kalangan Ponpes. Seakan-akan korupsi itu dimulai dari Ponpes, padahal Ponpes itu anti korupsi. Kalau memberi hadiah itu adalah bentuk menghormati, bentuk mencintai kita ke kiai," ujarnya.
"Kalau sudah demikian merugikan partai berasas Islam, daripada mengorbankan harapan umat islam di Indonesia, ya harus legowo mundur daripada gejolak besar. PPP ini rumah besar umat islam, harus dijaga, hanya karena tingkah laku seseorang, bisa berdampak merusak semuanya," sambungnya.
3. Suharso dinilai menghambat kebesaran partai
Sekretaris Majelis Pertimbangan DPW PPP Jatim, KH Muhid Effendi menilai Suharso menghambat kebesaran partai. Jika Suharso mundur, maka partai akan semakin besar.
"Kita itu bagaimana caranya PPP menjadi partai besar. Ketika ketum begini otomatis menganggu kebesaran PPP, tidak diganggu saja PPP terseok-seok, apalagi diganggu. Kalau tidak legowo mundur, sama saja Suharso menghambat kebesaran PPP," tegasnya.
Menurut Pengasuh Ponpes Mahasiswa An Nur Surabaya ini, PPP sudah masuk lubang dalam pada 2019 lalu. Jangan sampai terulang kembali saat Pemilu 2024.
"Kalau gak legowo mundur dan masih ngotot, itu malah membuat PPP carut marut. Kita minta PPP tahun 2024 minimal parliamentary threshold terlalui. Kami mendesak Suharso membesarkan PPP dengan mundur, jangan sampai PPP masuk lubang lagi," ungkapnya.
Baca Juga: Dituding Tak Bawa Perbaikan, Massa PPP Surabaya Minta Suharso Mundur