Semeru Belum Aman, Pakar Soroti Potensi Bencana Susulan

Banjir dan longsor masih mungkin terjadi jika tak dicegah

Surabaya, IDN Times - Para pakar kebencanaan dari Ikatan Alumni (IKA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyoroti adanya potensi bahaya longsor susulan di lokasi terdampak bencana erupsi Gunung Semeru, Lumajang. Oleh karena itu, para pakar merekomendasikan normalisasi sungai DAS Rejali bisa dilakukan secara komperhensif dari hulu ke hilir.

1. Aliran lahar di sungai harus segera dikembalikan

Semeru Belum Aman, Pakar Soroti Potensi Bencana SusulanSuasana Dusun Kamar Kajang, Desa Sumber Wuluh sekitar Gunung Semeru setelah erupsi pada Jumat (10/12/2021). (IDN Times/Aditya Mustaqim)

Ketua Kompartemen Kebencanaan IKA ITS, Dr. Umboro mengatakan bahwa penghentian 14 hari masa darurat kebencanaan Gunung Semeru tak menghentikan potensi bahaya susulan. Apalagi, musim penghujan masih diprediksi terjadi hingga 3 bulan ke depan. Hujan deras dapat membawa material vulkanik hingga menyebabkan banjir dan longsor susulan.

"Oleh karena itu, upaya pengembalian aliran sungai sangat penting agar air tidak mengalir lagi ke alur sungai baru yang mengarah ke jalan Nasional dan perkampungan Kamar Kajang dan Sumber Wuluh," ujar Umboro melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (25/12/2021).

2. Akan menimbulkan longsor jika tidak segera diubah

Semeru Belum Aman, Pakar Soroti Potensi Bencana SusulanWarga melintas di rumah yang rusak akibat abu vulkanik letusan Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Minggu, 5 Desember 2021 (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Umboro menekankan bahwa pengerukan alur lurus harus tepat di bawah jembatan Gladak Perak. Normalisasi ini juga direkomendasikan menggunakan simulasi  LIDAR modelling. Hasil simulasi menunjukkan bahwa teknik normalisasi saat ini harus segera diubah teknik dan arahnya.

"Kalau tidak, justru akan menimbulkan brutalnya aliran yang mengarah ke desa Kampung Renteng, Bondeli, bahkan jika banjir besar akan menghabiskan kawasan lebih luas di Candipuro. Hasil simulasi LIDAR modelling tersebut menghasilkan skenario-skenario yang bisa dipilih dalam normalisasi sungai aliran lahar Semeru," lanjutnya.

Baca Juga: Semeru, Sebuah Pelajaran Tentang Peringatan Dini Bencana

3. Normalisasi harus dari hulu dan hilir

Semeru Belum Aman, Pakar Soroti Potensi Bencana SusulanSuasana Dusun Kamar Kajang, Desa Sumber Wuluh sekitar Gunung Semeru setelah erupsi pada Jumat (10/12/2021). (IDN Times/Aditya Mustaqim)

Pakar lainnya, Ginanjar, menambahkan bahwa normalisasi harus dilakukan secara terintegrasi dan paralel di hulu dan hilir. Dengan demikian, material tidak menumpuk di hilir dan banjir susulan akan bisa terhindari saat hujan deras datang.

"Saat ini yang dilakukan masih terpusat di hulu di bawah jembatan Gladak Perak, sehingga justru menimbulkan cekungan atau alur dalam. Sementara di hilir masih menumpuk material, sehingga jika banjir datang air justru meluber," terangnya.

Selain itu, anggota tim lainnya, Dr. Yeyes mengatakan bahwa proyek jembatan gantung sementara yang digagas Presiden RI Joko Widodo masih berpotensi terdampak longsor di dua titik tepatnya di jalan utama menuju proyek jembatan gantung. Titik rawan longsor ini akan berbahaya jika tidak ditangani segera karena terus dilewati alat berat.

" Tanggul sementara yang dibikin saat ini juga hanya terbuat dari pasir tumpukan. Kenapa tidak memanfaatkan batuan-batuan besar yang ada, sehingga harus direkayasa ulang teknik penanggulan sesuai skenario hasil simulasi LIDAR modelling," tutupnya.

Baca Juga: Kamar Kajang, Dusun Asri yang Kini Tenggelam Pasir Erupsi

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya