Gus Sholah Wafat, Santri Tebuireng: Kami Sangat Kehilangan Pak Kiai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jombang, IDN Times - Kepergian Salahuddin Wahid membuat banyak santri merasa kehilangan. Ulama yang akrab disapa Gus Sholah itu banyak mengajarkan dan meninggalkan ilmu-ilmu agama dan kebangsaan.
Tak heran, sejak Minggu malam (2/2), banyak santri dan alumni secara bergiliran datang ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang untuk menyambung doa. Makin malam, hingga Senin dini hari tadi (3/2), ponpes makin ramai dikunjungi santri. Lantunan surat-surat pendek Alquran terdengar bersahut-sahutan untuk mendoakan almarhum Gus Sholah.
1. Gus Sholah tidak pernah marah
Mayoritas santri yang memakai baju putih dan berpeci hitam datang dari berbagai daerah di Jawa Timur maupun luar Jawa Timur. Mereka secara bergiliran membaca surat AI Ikhlas melalui alat pengeras suara.
"Tadi setelah ada kabar dari pengurus pondok kalau Gus Sholah meninggal, semua santri langsung ke Masjid berkirim doa," kata Ulum (15), salah satu santri Tebuireng.
Dia mengaku sangat kehilangan atas kepergian adik kandung KH Abdurrahman Wahid tersebut. Selama tiga tahun di Pondok, kata dia, tidak pernah melihat cucu Hadratussekh KH Hasyim Asyari ini marah.
"Beliau orang baik dan tidak pernah marah. Kami sangat kehilangan pak kiai" ujar pelajar SMP Wahid Hasyim, Jombang ini.
2. Sama seperti Gus Dur, Gus Sholah banyak ajarkan arti toleransi
Senada dengan Ulum, salah satu santri asal Blitar, Muhammad Taufiq mengaku kaget saat mendengar pengumunan dari keamanan pondok yang mengabarkan Gus Sholah telah meninggal dunia.
"Tadi (Minggu malam) habis jemaah salat Isya, semuanya berkirim doa untuk kesembuhan Gus Sholah. Setelah itu, saya kaget ada pengumuman beliau wafat. Kami sangat terpukul atas kepergian beliau," ujar santri yang sudah empat tahun berada di Pondok itu.
Menurut dia, Gus Sholah selalu mengajarkan tentang toleransi antar sesama. Ajaran itu, sesuai dengan yang disampaikan oleh Gus Dur selama masih hidup.
"Gus Sholah mengajarkan tentang keberagaman dan toleransi antar sesama. Seperti menghormati teman yang beragama lain," terangnya.
Baca Juga: Gus Sholah Wafat, Khofifah: Beliau Salah Satu Putra Terbaik Bangsa
3. Merasa kehilangan tokoh pembaharuan
KH Irfan Yusuf Hakim, salah satu pengasuh Ponpes Tebuireng juga mengaku sangat kehilangan Gus Sholah. Gus Irfan menyebut bahwa Gus Sholah merupakan tokoh pembaharuan.
"Merasa sangat kehilangan seorang tokoh pembaruan. Nilai-nilai yang diajarkan beliau lebih menekankan pada proses menejemen pesantren," kata Gus Irfan.
Sebagaimana diketahui, Gus Sholah wafat Senin malam, pada pukul 20.59 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Gus Sholah sempat menjalani operasi jantung karena sakit. Kondisinya dikabarkan kritis hingga akhirnya meninggal dunia.
Gus Sholah akan dimakamkan di Kompleks pemakaman Ponpes Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Senin petang. Jenazahnya akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Senin pagi, pukul 10.00 WIB.
Laporan Kontributor Jombang IDN Times Jatim, Zainul Arifin
Baca Juga: Gus Sholah akan Dimakamkan di Pemakaman Keluarga Tebuireng