Fakta Unik Bambu Runcing, Senjata Magisnya Arek-arek Suroboyo

Benarkah bambu runcing dibuat pertama kali oleh Indonesia?

Bambu runcing menjadi senjata andalan arek-arek Suroboyo dalam perjuangan melawan penjajah, khususnya pada pertempuran sengit di tahun 1945. Meskipun terbuat dari bahan yang sederhana, senjata ini ternyata bisa mengalahkan senjata lain yang modern. Ini semua berkat keberanian, tekad, dan kegigihan arek-arek Suroboyo dalam memanfaatkannya.

Di Kota Pahlawan, kamu bisa menemukan Monumen Bambu Runcing yang berdiri megah di Jalan Panglima Sudirman, Surabaya. Monumen ini dibangun untuk mengenang jasa pahlawan. Meski sering disebut-sebut oleh masyarakat Indonesia, apakah kamu tahu fakta-fakta unik di balik senjata ini? Biar gak penasaran lagi, yuk simak fakta unik bambu runcing berikut ini! 

1. Bambu runcing baru muncul saat Perang Dunia II

Fakta Unik Bambu Runcing, Senjata Magisnya Arek-arek SuroboyoIlustrasi Monumen Bambu Runcing di Surabaya. (shutterstock.com/M Harits Fadhli)

Mengutip buku 10 November 1945 Gelora Kepahlawanan Indonesia (1991) karangan Barlan Setiadijaya, bambu runcing ternyata baru eksis pada masa Perang Dunia II. Jadi, bambu runcing sebenarnya belum pernah digunakan dalam perang-perang tradisional yang sudah terjadi ratusan tahun silam, seperti Perang Aceh dan Perang Diponegoro. Bambu runcing bisa dikatakan "senjata modern" bagi Indonesia di zaman itu, sebab kemunculannya relatif baru.  

2. Bermula dari senjata antisipasi yang dipakai Belanda untuk menghalau Jepang

Fakta Unik Bambu Runcing, Senjata Magisnya Arek-arek SuroboyoFoto Suroboyo Bus ketika melintas di Monumen Bambu Runcing. (instagram.com/dishubsurabaya)

Permulaan munculnya bambu runcing tergolong unik. Ini berawal dari upaya antisipasi Belanda terhadap kedatangan Jepang di Indonesia pada akhir Februari 1942. 

Pada masa itu, armada Jepang tampak semakin dekat dengan Pulau Jawa. Belanda mengira bahwa Jepang akan menerjunkan pasukan payungnya di daerah Kalijati. Belanda yang tidak ingin kebobolan segera memasang ribuan bambu yang bagian ujungnya diruncingkan. Bambu-bambu ini dianggap bisa membatasi pergerakan pasukan Jepang, bahkan melukai pasukan Jepang itu. 

Sayangnya, upaya antisipasi ini tergolong sia-sia. Sebab ternyata Jepang menginjakkan kakinya di pantai laut dekat Eretan. Barulah mereka bergegas menuju Subang dan mengancam Kalijati.

Ribuan bambu yang bagian ujungnya sudah rucing ini lantas dipergunakan Jepang sebagai alat latihan baris-berbaris bagi banyak organisasi pemuda, misalnya Seinendan, Keibodan, Gakkutotai, Hizbullah, dan sebagainya. Bahkan, mereka sampai memberi nama alat ini, yaitu takeyari. Para pemuda dengan bersemangat memanfaatkan takeyari untuk melawan pasukan Sekutu yang merupakan musuh Jepang.               

3. Penggunaan bambu runcing oleh rakyat Indonesia bisa dikatakan "senjata makan tuan"

Fakta Unik Bambu Runcing, Senjata Magisnya Arek-arek SuroboyoPotret seorang pria sedang berolahraga di area Monumen Bambu Runcing Surabaya. (instagram.com/dishubsurabaya)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, takeyari berpindah tangan. Kini, pejuang tanah air-lah pemiliknya. Mereka menggunakan bambu runcing untuk melawan Jepang dan Belanda. Boleh dikatakan, ini menjadi fenomena "senjata makan tuan". Ya, sesuatu yang direncanakan untuk melukai orang lain, tetapi malah berbalik mengenai diri sendiri. 

Salah satu tokoh pejuang tanah air, Dr. Moestopo, tidak kehabisan akal. Ia memodifikasi senjata ini dengan membakar ujungnya sampai hangus, kemudian memasukkan senjata ini ke dalam kotoran kuda yang dalam bahasa Jawa disebut teletong. Pasukan Jepang lari tunggang langgang. Mereka takut terinfeksi tetanus, jadilah mereka menyerah di ujung bambu runcing.

Baca Juga: Sejarah Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya

4. Menjadi simbol penghormatan terakhir bagi Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang telah gugur

Fakta Unik Bambu Runcing, Senjata Magisnya Arek-arek SuroboyoPotret petugas kebersihan di sekitar Monumen Bambu Runcing. (instagram.com/dishubsurabaya)

Meski peristiwa pertumpahan darah di Surabaya sudah terjadi lebih dari setengah abad silam, pejuang-pejuangnya tidak sekali pun melupakan peristiwa bersejarah ini. Salah satu bekas kelompok pejuang yang masih mengenang peristiwa ini adalah Pemuda Republik Indonesia (PRI). Mereka merasa perlu memberikan penghormatan terakhir di pemakaman rekannya, drg. ny. Goesti Rizali Noor (drg. Jetty Zain), di luar Taman Makam Pahlawan (TMP).

Ada upacara penghormatan tambahan bagi almarhumah, yaitu menancapkan bambu runcing dengan bendera merah putih dan untaian bunga melati. Karena perannya begitu mulia bagi Indonesia, beberapa menteri dan ketua lembaga tinggi negara bahkan sampai menghadiri pemakamannya. Upacara bambu runcing ini lantas menarik perhatian pers dan masyarakat.

Waktu berselang, upacara bambu runcing ini kemudian dilakukan pada setiap pemakaman anggota Yayasan 10 November 1945 yang terdiri dari 17 kelompok, termasuk PRI. Tidak hanya bagi pejuang Surabaya, upacara ini juga dilakukan bagi para pejuang di luar Kota Surabaya sebagai bentuk solidaritas.    

5. Menjadi simbol penghargaan kepada para eksponen 45 yang tidak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan

Fakta Unik Bambu Runcing, Senjata Magisnya Arek-arek SuroboyoPotret Suroboyo Bus yang melintas di sekitar Monumen Bambu Runcing. (instagram.com/dishubsurabaya)

Pihak lain yang turut terinspirasi dengan adanya upacara bambu runcing ini adalah Pimpinan Angkatan 45. Ia bahkan sampai mengeluarkan petunjuk pelaksanaan tentang penghargaan kepada para eksponen yang dimakamkan di luar TMP karena tidak sempat mengurus Bintang Gerilya sebagai tanda kehormatan veteran.

Pada tahun 1991, dilakukan penganugerahan Piagam Bambu Runcing kepada Dr. Soemarno, seorang mantan Gubernur DKI Jakarta. Tokoh penting lain yang menerima penganugerahan ini, yaitu Soerjadarma yang merupakan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara dan M. Nazir yang merupakan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut.

Nah, itulah 5 fakta unik bambu runcing yang menjadi senjata magis arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah. Buat kamu yang penasaran dengan bentuk asli bambu runcing, kamu bisa melihatnya langsung di Museum Sepuluh November, Surabaya, ya!

Baca Juga: 5 Kuliner Lezat Dekat Monumen Bambu Runcing Surabaya

Talita Hariyanto Photo Community Writer Talita Hariyanto

Manusia hina sebagai makhluk mulia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya