Pembahasan Shinjuu di Chapter 17: Jura Sebenarnya Baik?

Manga Boruto: Two Blue Vortex Chapter 17 menghadirkan dinamika baru yang memunculkan sedikit kontroversi terkait sifat asli para Shinjuu, makhluk kloningan yang ditelan hidup-hidup oleh pohon dewa.
Mereka hanyalah sekumpulan makhluk buas yang baru lahir dan bertindak berdasarkan naluri alaminya. Namun, justru itulah yang membuat keberadaan mereka menjadi ancaman serius bagi umat manusia, karena tindakan mereka kerap tidak terkontrol dan destruktif.
Yang menarik, beberapa panel di chapter ini mematahkan stigma negatif yang selama ini melekat pada para Shinjuu. Ada Shinjuu seperti Ryu yang mau diajak bekerja sama, Matsuri yang mengungkapkan perasaan cinta, hingga Jura yang memiliki ketertarikan intelektual dengan hobi membaca buku.
Fakta-fakta ini memberikan dimensi baru yang lebih kompleks, menggambarkan bahwa para Shinjuu tidak sepenuhnya jahat, melainkan individu dengan kepribadian unik.
Namun, yang menjadi sorotan utama adalah sisi lain dari Shinjuu Jura yang tampil mencolok di sepanjang chapter 17. Apa saja yang diungkap tentang karakter dan perilakunya kali ini? Berikut adalah ulasan lengkapnya.
1. Jura sebenarnya menghormati para shinobi
Salah satu panel yang menarik perhatian dalam chapter 17 Boruto: Two Blue Vortex berhasil memberikan pemahaman baru tentang karakter Jura. Dalam percakapan antara Mitsuki dan Sarada dengan Ryu, kloningan dari Shinki, terungkap bahwa Jura sebenarnya bukanlah sosok yang jahat seperti yang selama ini diasumsikan.
Ryu dengan tegas menjelaskan bahwa Jura memiliki rasa hormat yang mendalam terhadap para shinobi, meskipun ia adalah salah satu Shinjuu yang lahir dari pohon dewa.
Pernyataan ini tentu bertolak belakang dengan tindakan para Shinjuu di awal cerita Boruto: Two Blue Vortex, ketika mereka menyerang desa Konoha secara brutal. Penyerangan tersebut sebelumnya dianggap sebagai bukti bahwa Shinjuu adalah ancaman yang tidak dapat ditoleransi.
Hal ini memberikan ruang untuk spekulasi bahwa Jura mungkin memiliki motivasi atau tujuan yang berbeda dibandingkan Shinjuu lainnya. Panel ini juga memunculkan pertanyaan besar tentang sejauh mana para Shinjuu dipengaruhi oleh insting alami mereka, dan apakah mereka benar-benar memiliki kapasitas untuk berinteraksi damai dengan manusia.