Jungkir Balik Yanuar, Pengusaha Kuliner Pecel Pitik Khas Banyuwangi

Mendobrak takdir, tidak ada hasil yang mengingkari usaha!

Banyuwangi, IDN Times - Kabupaten Banyuwangi, sebuah daerah yang sudah tersohor sebagai surga kuliner di Jawa Timur. Tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mengajak petualangan melalui cita rasa.

Di sini, aroma kopi yang harum membangunkan semangat di pagi hari, sementara jajanan tradisional seperti "jajan pasar" mengajak kita untuk merasakan nostalgia masa lalu. Sementara di malam hari, alunan gamelan sayup-sayup menangkan hati, membawa seseorang terlelap ke alam mimpi.

Kali ini, IDN Times mencoba untuk mendalami tentang salah satu kuliner legendaris yang sudah mengakar budaya. Sebuah hidangan yang sejatinya tak lazim diniagakan, namun terlalu nikmat untuk dilupakan. Ya, namanya pecel pitik.

Pecel pitik adalah sebuah kuliner yang sakral, serat makna budaya dan kearifan lokal suku Using Banyuwangi. Wajib, adalah hukum bagi adat setempat untuk menghadirkan kuliner ini disetiap upacara adat. Kuliner ini harus ada dalam kegiatan ritual apapun, seperti Ider Bumi, Tumpeng Sewu, Seblang Bakungan dan ritual adat lainnya.

1. Jungkir balik, jalani lakon kehidupan dengan tabah

Jungkir Balik Yanuar, Pengusaha Kuliner Pecel Pitik Khas BanyuwangiPecel Pitik, kuliner legendaris khas Banyuwangi. (IDN Times/ Agung Sedana)

Banyuwangi bukan sekadar tempat makan, tetapi juga perjalanan rasa yang membawa rasa seseorang jauh lebih dalam ke alam yang memukau. Jukung, sebuah resto yang terletak di Jalan Raya Kemiren, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, menyajikan menu-menu tradisional yang kental dengan adat suku Using. Lokasinya cukup luas dengan gaya arsitektur rumah suku Using, Joglo. Gemercik air, dan hijau tumbuhan memperkuat nasfu makan para pengunjung yang datang.

Berdiri sejak 13 Mei 2018, resto Jukung masih setia mengusung menu andalannya yakni pecel pitik. Lewat menu ini, sudah mengantarkan Yanuar Haqiqie (31) menjadi seorang pengusaha yang cukup moncer di usia muda. Kepada IDN Times Yanuar mengaku, butuh konsistensi tinggi untuk mencapai titik keberhasilan seperti saat ini.

"Sudah lima tahun saya membangun ini. Sejak buka saya sudah menyediakan menu pecel pitik sebagai andalan utamanya," ungkap Yanuar mengawali obrolan bersama IDN Times, Jumat (29/9/2023).

Yanuar mengaku, awal membuka usahanya ini ia lakoni sendiri bersama istrinya Marta Indra Lestari (31). Sepanjang perjalannya sudah banyak drama lika-liku bisnis. Mulai dari ditinggal sejumlah karyawan hingga ditinggal ayah tercinta Taufikur Rakhman yang menutup mata diusia 62 tahun.

Kala itu, karena kekuarangan SDM, mendiang Taufik yang kondisinya sedang sakit-sakitan memaksakan diri untuk terjun membantu usaha Yanuar. Sebab itu, resto Jukung ini menjadi salah satu aset dan kenangan paling berharga baginya.

"Hingga akhirnya bapak tilar (meninggal) karena Covid. Dalam kondisinya yang sakit, bapak sampai rela membantu mengelola Jukung ini. Itu perjuangan bapak, tempat ini jadi saksi capaian saya saat ini dan sejarah bagi keluarga saya," ungkap Yanuar sembari mengenang mendiang ayahnya.

Baca Juga: 6 Tempat Makan Pecel Pitik Khas Banyuwangi, Gurih Pol!

2. Ia bangkit, optimis mampu mendobrak takdir

Jungkir Balik Yanuar, Pengusaha Kuliner Pecel Pitik Khas BanyuwangiPecel Pitik, kuliner legendaris khas Banyuwangi. (IDN Times/ Agung Sedana)

Jungkir balik Yanuar tidak berhenti di situ saja, selama dua bulan penuh ia dipaksa menutup resto Jukung karena pandemi Covid-19. Ia harus merumahkan seluruh karyawan yang ada karena kondisi saat itu mirip masa pageblug. Di mana situasi finansial susah mencapai stadium bawah dan seluruh aktivitas ekonomi dibatasi.

"Saya ditinggal semua karyawan. Karena kondisi terus sepi, terpaksa saya tutup total dan semua karyawan yang sudah membangun bersama saya rumahkan. Dua bulan Jukung mati suri, pendapatan nol rupiah, sementara pengeluaran terus. Waktu itu saya dalam kondisi minus," cetus Yanuar.

Namun ia tak ingin menyerah kepada nasib begitu saja, ia yakin selain qodrat yang sudah ditentukan Tuhan, ia mampu merubah lain-lainnya. Hingga akhirnya secercah harapan tiba, saat kondisi bencana virus dunia itu mulai mereda. Dengan keyakinan, ia melempar dadu beradu nasib dengan usaha dan doanya. Resto Jukung dibukanya kembali.

"Akhirnya saya nekat, karena melihat kondisi yang sedikit ada harapan. Karyawan yang dulu saya rumahkan, saya panggil lagi. Saya mintai tolong mereka lagi untuk membantu saya lagi. Karena mereka juga bagian dari sejarah usaha ini," katanya.

3. Lempar dadu kehidupan, didorong doa dan usaha

Jungkir Balik Yanuar, Pengusaha Kuliner Pecel Pitik Khas BanyuwangiPecel Pitik, kuliner legendaris khas Banyuwangi. (IDN Times/ Agung Sedana)

Lambat laun dadu yang ia putar mulai berhenti, bak ketiban rezeki, Yanuar mendapatkan sisi angka dadu tertinggi. Tak hanya bangkit, resto Jukung juga berkembang. Dari semula 6 karyawan, saat ini ia harus dibantu 16 karyawan untuk mengelola resto. Belakangan ini, bahkan ada gejala-gejala yang muncul SDM saat ini tidak mencukupi.

"Kalau kurang dari itu, tidak mampu mas mengelola ini. Bahkan kayaknya, karyawan harus nambah lagi. Kalau pas weekend itu ramainya luar biasa," kata Yanuar sambil nyengir.

Tidak hanya itu, Yanuar tidak pernah menyangka jika banyak rombongan dari pejabat teras negeri ini dam juga artis-artis yang mendatangi usahanya. Tujuannya hanya satu, mencari kuliner legendaris Banyuwangi Pecel Pitik.

Nama-nama terkenal seperti rombingan Anji, band Five Minutes, Imam Darto, Opick tombo ati, Kick Andy, Ari Wibowo hingga rombongan Mabes Polri, Polda Jatim, ibu-ibu istri menteri sudah menjajal pecel pitik resto Jukung ini. Diantaranya bahkan sudah beberapa kali balik lagi.

"Alhamdulillah saya benar-benar bersyukur. Allah tidak meninggalkan hambanya yang benar-benar serius berusaha," ucapnya dengan rasa syukur.

4. Di balik sejarah nama Jukung

Jungkir Balik Yanuar, Pengusaha Kuliner Pecel Pitik Khas BanyuwangiPecel Pitik, kuliner legendaris khas Banyuwangi. (IDN Times/ Agung Sedana)

Dibalik nama Jukung sebagai brand usahanya, Yanuar mengaku ada histori tersendiri. Menurutnya, Jukung merupakan sebuah istilah masyarakat Using menyebut kapal. Ceritanya, sejak tahun 2010 saat Yanuar berusia 18 tahun sudah merantau ke pulau seberang. Ia bekerja sebagai teknisi mesin di sebuah perusahaan transportasi.

"Saya kerja di kapal muatan minyak. Sejak lulus sekolah. Karena saya anak tertua, saya punya beban harus menjadi contoh bagi adik saya," katanya.

Sejak itulah, ia menabung sedikit demi sedikit penghasilan yang ia peroleh. Hingga puncaknya ia ingin membuka sebuah usaha kuliner yang tak jauh dari rumahnya. Namun sayangnya, tabungannya masih tak mampu membeli tanah yang ia inginkan. Belum lagi, ia masih membutuhkan modal untuk membangun dan memulai bisnisnya. Sementara untuk balik merantau lagi, sulit rasanya ia lakukan karena kedua orang sudah berusia senja.

"Bapak sudah tua, adik masih kecil. Tidak mungkin saya merantau lagi, akhirnya saya nekat pulang dan meminjam uang di bank untuk menutupi kekurangannya. Disitulah saya melepas jangkar kapal saya dan mengelola kapal usaha saya sendiri di daratan. Ya Jukung ini," jelasnya.

Tak ada hasil yang mengingkari usaha, kalimat ini cocok menggambarkan kisah Yanuar ini. Hutang bank yang diambilnya akhirnya bisa lunas lewat jualan kuliner pecel pitik ini. Saat ini, di resto Jukung miliknya juga menyediakan berbagai menu tradisional lainnya.

"Semua menu-menu tradisional khas Banyuwangi. Tidak ada yang moderen. Ada pindang koyong, rujak soto, sego tempong, kesrut ayam, sayur semanggi, sayur kelor, dan menu lainnya. Jajan tradisional juga ada, termasuk minuman dan kopi lokal," jelasnya menutup obrolan bersama IDN Times.

Baca Juga: Orem-orem Haji Abdul Manan di Kota Malang Sejak 1967

Agung Sedana Photo Community Writer Agung Sedana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya