Kematian Bayi dan Ibu Tinggi di Jatim, Pahami 5 Fakta Ini

Kalian para millennial harus tahu nih

Surabaya, IDN Times - Institusi Amerika Serikat yang fokus memberikan bantuan kepada ibu hamil dan bayi yang baru melahirkan, USAID Jalin, menghimpun data seputar angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Berdasarkan temuannya, 2 ibu dan 8 bayi masa neonatal (0-28 hari) meninggal setiap 1 jam.

Lebih rinci, USAID Jalin melakukan pengkajian 6 daerah, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Banten. Jawa Timur menempati peringkat AKI dan AKB terbesar kedua setelah Jawa Barat.

Yuk simak 5 fakta seputar AKI dan AKB di Jawa Timur.

 

1. Setiap 2 hari ada 3 ibu dan 18 bayi neonatal meninggal

Kematian Bayi dan Ibu Tinggi di Jatim, Pahami 5 Fakta Inilifealth.com

Pada 2017, dilaporkan 529 kematian ibu dan 3.234 kematian bayi neonatal di Jawa Timur. Dibandingkan dengan 2016, jumlah AKI tergolong stagnan sedangkan AKB neonatal turun sebesar 16 persen.

“Jember menjadi kabupaten dengan jumlah AKI dan AKB terbanyak di Jawa Timur, padahal bupatinya adalah perempuan, dokter lagi. Tahun 2017 di Jember ada 49 AKI dan 182 AKP neonatal,” kata Purwida Liliek Haryati selaku USAID Jalin Project regional manajer Jawa Timur di Surabaya, Kamis (15/11).

2. AKI terjadi saat kehamian, persalinan, dan pasca-persalinan

Kematian Bayi dan Ibu Tinggi di Jatim, Pahami 5 Fakta IniIlustrasi/checamille.com

Dalam setiap tahap pada proses kehamilan sampai pasca persalinan, seorang ibu memiliki resiko meninggal dunia. Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, AKI terjadi pasca-persalinan mencapai 54 persen. Sekitar 25 persen AKI terjadi saat hamil dan 21 persen terjadi saat melahirkan.

3. Kematian AKI dan AKB neonatal bisa dicegah

Kematian Bayi dan Ibu Tinggi di Jatim, Pahami 5 Fakta IniPexels/Pixabay

“Hipertensi kehamilan (sekitar 29 persen) dan pendarahan (sekitar 26 persen) adalah penyebab AKI di Jawa Timur,” lanjut perempuan yang karib disapa Ida. Penyebab kematian lainnya adalah penyakit jantung dan kardiovaskuler.

Sementara, untuk AKB neonatal paling besar disebabkan Berat Badan Lahir Rendah sekitar 42 persen dan asfiksia sekitar 25 persen. “Deteksi dini dan penanganan yang berkualitas, termasuk pemeriksaan berkala, dapat mencegah kematian ibu dan neonatal karena kondisi ini,” tambahnya.

Baca Juga: 7 Hadiah Ini Lho yang Diam-diam Diinginkan Wanita Pasca Melahirkan

4. Layanan kesehatan yang berkualitas menurunkan kontribusi AKI dan AKB

Kematian Bayi dan Ibu Tinggi di Jatim, Pahami 5 Fakta Iniunsplash.com/Picsea

Layanan kesehatan ketika melahirkan dan persalinan dapat menurunkan jumlah AKI dan AKB. Di Jawa Timur, pada 2016 sebesar 91,5 persen persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Selain itu, pemeriksaan kehamilan lengkap (K4) mencapai 89,5 persen dan kunjungan pasca-persalinan mencapai 93,8 persen.

“Namun angka ibu meninggal masih tinggi. Hal itu menekankan pentingnya peningkatan kualitas pemeriksaan kehamilan dan layanan kesehatan nifas,” sambut dia.

5. Upaya menurunkan AKI dan AKB harus melibatkan berbagai pihak

Kematian Bayi dan Ibu Tinggi di Jatim, Pahami 5 Fakta Iniunsplash.com/Nynne Schoder

Satu-satunya cara untuk mengurangi AKI dan AKB adalah kerja sama lintas sektor. Sebenarnya, isu AKI dan AKB adalah permasalahan klasik yang belum bisa dituntaskan oleh pemerintah.

“Harus ada kerja sama antara pemerintah, media, masyarakat, pelaku bisnis, dan semua pemangku kepentingan. Pemerintah hari ini fokus kepada stunting dan gizi buruk, padahal permasalahan ini belum sepenuhnya teratasi. Oleh sebab itu, kita harus sadar kalau ini adalah masalah bersama, bukan masalah keluarga A atau B,” tutup dia.

Baca Juga: Miris! 3 Ibu dan 18 Bayi Meninggal Setiap 2 Hari di Jatim

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya