5 Kuliner di Banyuwangi yang Pernah Jadi Makanan Para Pejuang

Yuk cobain kuliner perjuangan ini

Berkunjung ke Banyuwangi tak lengkap rasanya jika tak mencicipi kulinernya. Ada banyak sekali kuliner unik di sana. Salah satunya makanan para pejuang dan pekerja di era penjajahan. Cerita bahwa makanan-makanan tersebut menjadi kuliner para pejuang dikisahkan secara turun temurun di sana. 

Kuliner-kuliner ini pun masih bisa kamu nikmati hingga saat ini. Ada yang bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama, makanan penambah stamina, hingga gulma yang diolah jadi sayur. 

Berikut 5 kuliner di Banyuwangi yang pernah jadi makanan para gerilyawan dan pekerja di masa penjajahan, mulai di masa Kolonial Belanda hingga Jepang.

1. Sego Lemeng  

5 Kuliner di Banyuwangi yang Pernah Jadi Makanan Para PejuangSego Lemeng/Instagram.com @jebengthulikbwi

Kuliner Sego Lemeng ini masih sering dikonsumsi masyarakat yang tinggal di kaki gunung Ijen, tepatnya di Desa Banjar, Kecamatan Licin. Kuliner nasi lengkap dengan lauk protein ini dimasak menggunakan balutan dan dan dimasukkan ke dalam bambu. Lewat bambu Sego Lemeng dibakar hingga benar-benar matang. Lewat cara tersebut, sego lemeng bisa lebih tahan lama, tidak mudah basi.

Cara itu digunakan para gerilyawan saat melawan Kolonial Belanda. Selama persembunyian di hutan para gerilyawan hanya membawa bahan dan memasak menggunakan bambu yang ada di hutan. Lemeng sendiri dalam bahasa Suku Using berarti tenang, bila dimakan nasi lemeng membuat perut tenang dan kenyang.

Bila kamu ingin mencoba, bisa langsung datang ke Desa Banjar. Desa tersebut juga menyediakan trip wisata keliling sawah, menyadap pohon aren untuk jadi gula hingga memasak kuliner Sego Lemeng.

Baca Juga: 5 Tempat Bersejarah untuk Refleksi Kemerdekaan di Banyuwangi

2. Jangan Blendi  

5 Kuliner di Banyuwangi yang Pernah Jadi Makanan Para Pejuangilustrasi masakan pedas/ Instagram @donnadolly76

Pernahkah kamu makan sayur santan yang penuh dengan cabai rawit yang masih utuh. Di sejumlah daerah di Jawa Timur, kuliner ini akrab disebut "Jangan Blendi". Kuliner ini ternyata pernah menjadi makanan para pekerja yang melubangi gunung Gumitir untuk terowongan rel kereta api perbatasan Banyuwangi-Jember tahun 1901. Kuliner ini dimasak oleh salah satu warga sekitar di Kalibaru, bernama warung Mbok Bejo. Di warung tersebut hingga saat ini masih menjual menu yang sama.

Kuliner Jangan Blendi yang terdapat banyak cabai rawit, disebut bisa menjadi penambah stamina para pekerja dengan sajian kuliner yang super pedas. Penasaran ingin mencoba, kamu bisa datang ke warung Mbok Bejo yang ada di kawasan Pasar Kalibaru.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Kuliner Malam Khas Banyuwangi, di Bawah Rp30 Ribu!

3. Kopi Uthek  

5 Kuliner di Banyuwangi yang Pernah Jadi Makanan Para PejuangKopi uthek Banyuwangi./Instagram.com @rizarastri

Satu lagi, minuman penambah stamina para pejuang di kawasan Banyuwangi saat berkelana di hutan untuk bersembunyi, atau bergerilya. Di Desa Banjar, Kecamatan Licin, ada kisah turun temurun yang menceritakan leluhurnya membawa racikan kopi saat bergerilya ke hutan. Kopi Uthek merupakan sajian pelengkap Sego Lemang yang masih ada hingga saat ini.

Kopi Uthek, serupa seperti kopi yang lain. Hanya saja dalam seduhan kopi tidak langsung dicampur dengan gula. Pemberian gula disajikan secara terpisah menggunakan gula aren. Cara menikmatinya, saat kopi diminum baru kemudian menggigit gula aren. Hingga saat ini, masyarakat Desa Banjar masih memproduksi gula aren yang diperah dari sari nira pohon aren.

4. Sayur Genjer  

5 Kuliner di Banyuwangi yang Pernah Jadi Makanan Para PejuangOlahan tumis sayur genjer/Instagram.com @mykitchen_tti

Pernah makan sayur genjer? Kuliner yang satu ini ternyata punya kisah yang cukup unik. Saat masa ketahanan pangan pendudukan Jepang tahun 1942-1945, masyarakat di Kabupaten Banyuwangi mengolah tanaman genjer menjadi sayur untuk makan untuk bertahan hidup.

Saat itu genjer merupakan gulma di lahan pertanian untuk makanan ternak, namun penduduk mengolahnya menjadi sayur. Salah satu seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief bahkan menciptakan lagu berjudul Genjer-genjer yang menceritakan ketahanan pangan di masa pendudukan Jepang.

 

5. Gaplek  

5 Kuliner di Banyuwangi yang Pernah Jadi Makanan Para PejuangGaplek olahan singkong yang dikeringkan./Instagram.com @onynakeke

Bila ada ungkapan "enak zaman sekarang sudah makan nasi, kami dulu pagi makan gaplek". Buat generasi sekarang yang belum tahu, gaplek merupakan kuliner olahan berbahan singkong yang dikeringkan. Setelah kering singkong tersebut akhirnya bisa disimpan dalam waktu yang lama, karena kadar airnya sudah berkurang. Setelah dikeringkan, gaplek bisa diolah jadi aneka kuliner seperti Gathot, tiwul dan masih banyak lagi.

 

 

Itu tadi 5 kuliner di Banyuwangi yang menjadi teman para pejuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Selain lezat, mencicipi kuliner-kuliner ini juga menjadi salah satu cara kita mengetahui perjuangan para pendahulu kita.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Petik Hingga Seduh Kopi di Banyuwangi 

Mohamad Ulil Albab Photo Community Writer Mohamad Ulil Albab

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya