5 Tempat Bersejarah untuk Refleksi Kemerdekaan di Banyuwangi

Yuk waktunya kita mengenang dan mendoakan para pahlawan kita

Momen Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia jadi waktu yang tepat untuk refleksi dan berterimakasih kepada pahlawan yang telah gugur berjuang. Pahlawan saat ini tidak harus dari orang-orang besar, namun juga masyarakat kecil yang turut berkontribusi dan masih dirasakan hingga saat ini.

Selain makam pahlawan, berikut 5 tempat bersejarah di Banyuwangi bisa jadi refleksi dan mengucapkan rasa terima kasih kepada pahlawan yang memberikan kemerdekaan kepada bangsa kita.

 1. Petilasan Prabu Tawangalun  

5 Tempat Bersejarah untuk Refleksi Kemerdekaan di BanyuwangiPetilasan Prabu Tawangalun/Instagram.com @disbudparbanyuwangi

Setiap daerah pasti memiliki pahlawan yang telah berjuang melawan segala bentuk penjajahan. Seperti di Banyuwangi, sosok Prabu Tawangalun yang tercatat menolak pendudukan Kolonial Belanda, bisa dikenang lewat petilasan yang tersisa.

Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, terdapat puing-puing bangunan Kerajaan Blambangan yang diyakini sebagai petilasan era Prabu Tawangalun. Di sana, memang pernah jadi pusat Kerajaan Blambangan, sejumlah puing-puing benteng peninggalan kerajaan masih tersisa di sejumlah desa seperti Desa Macan Putih, Desa Gombolirang, Desa Benelan Lor dan desa sekitarnya.

Di Desa Gombolirang juga terdapat situs petilasan Raja Blambangan yakni Prabu Tawangalun yang masih sering dikunjungi wisatawan ataupun peziarah.

2. Monumen Perang Puputan Bayu  

5 Tempat Bersejarah untuk Refleksi Kemerdekaan di BanyuwangiMonumen petilasan Prabu Tawangalun./Instagram.com @jackitem

Monumen Perang Puputan Bayu jadi salah satu simbol masyarakat Bumi Blambangan memiliki jiwa perjuangan yang pantang menyerah. Perang Puputan Bayu yang berlangsung pada tahun 1771 hingga saat ini masih diperingati sebagai hari jadi Banyuwangi. Perang ini memakan banyak korban tidak hanya bagi masyarakat pribumi, namun juga militer Belanda, VOC.

Perang ini dikenal sebagai perlawanan habis-habisan masyarakat Blambangan hingga 1773. Meski akhirnya takluk di bawah kekuasaan VOC, perang yang dipimpin Pangeran Jagapati atau Mas Rempeg ini telah membawa kerugian yang besar bagi Belanda.

Monumen Perang Puputan Bayu berada di jalan Desa Bayu, Kecamatan Songgon. Patung Mas Rempeg terlihat gagah memegang pusaka memancarkan simbol perjuangan menolak penjajahan.

3. Komplek Makam Bupati Banyuwangi   

5 Tempat Bersejarah untuk Refleksi Kemerdekaan di BanyuwangiKompleks makam para bupati Banyuwangi berada di belakang Masjid Baiturrahman/Instagram.com@masjidagungbwi

Jarang orang yang mengetahui bahwa di belakang Masjid Baiturrahman Banyuwangi, terdapat kompleks makam para Bupati Banyuwangi. Di sana, terdapat 5 makam bupati yang menjabat mulai dari periode 1782 hingga 1889.

5 bupati yang dimakamkan di sana antara lain Tumenggung Wiroguno II (Mas Thalib) periode 1782-1818, Tumenggung Suronegoro (1818-1832), Raden Tumenggung Wiryoadi Danuningrat (1832-1867), Raden Tumenggung Pringgokusumo (1867-1881) dan Reden Tumenggung Aryo Sugondo (1881-1888). Para bupati ini merupakan keturunan dari Prabu Tawangalun, Raja Blambangan pada Abad ke-17. 

Baca Juga: 6 Satwa Khas yang Bisa Kamu Jumpai Saat Berkunjung ke Alas Purwo

4. Bendungan Karangdoro  

5 Tempat Bersejarah untuk Refleksi Kemerdekaan di BanyuwangiBendungan Karangdoro Banyuwangi. Dok Pemkab Banyuwangi

Meski tinggal fisik, Bendungan Karangdoro masih jadi 'tulang punggung' irigasi bagi pertanian di Kabupaten Banyuwangi. Bendungan Karangdoro dibangun sejak era Kolonial Belanda pada tahun 1921. Pembangunan bendungan ini tentu melibatkan masyarakat pribumi, dan masih bisa kita nikmati hingga saat ini.

Bendungan Karangdoro jadi salah satu yang terbesar di Banyuwangi. Terdapat 16.500 hektar lahan pertanian di 12 kecamatan yang bergantung pada irigasi dari Bendungan Karangdoro ini.

 5. Terowongan Mrawan  

5 Tempat Bersejarah untuk Refleksi Kemerdekaan di BanyuwangiTerowongan Kereta Api Mrawan/Instagram @gen_20

Bila kamu pernah naik kereta api antara stasiun Jember dan Banyuwangi, pasti kamu akan melewati sebuah terowongan  sepanjang 690 meter di Gunung Gumitir. Terowongan bernama Mrawan tersebut dibangun sejak zaman kolonial Belanda tahun 1901-1902.

Ada beberapa hal menarik yang perlu kamu ketahui tentang terowongan Kereta Api bersejarah di Gunung Gumitir. Jalur kereta ini dulunya menjadi sarana mengangkut hasil perkebunan, saat ini berkembang untuk transportasi umum dan wisata lori.
Terowongan aktif ini jadi yang terpanjang kedua di Indonesia.

Proyek pembuatan terowongan Mrawan dilakukan penyempurnaan bangunan pada tahun 1910 oleh Perusahaan Kereta Api  Negara, Staatssporwegen (SS) yang dimiliki Belanda.

 

 

Itu tadi 5 tempat yang bisa menjadi tujuan untuk merefleksikan kemerdekaan dan berterimakasih kepada para pahlawan. Meski sudah tiada, jangan sampai lupa jasa-jasa mereka ya gaes!

Baca Juga: 5 Goa Paling Populer di Alas Purwo, Sering Jadi Wisata Spiritual  

Mohamad Ulil Albab Photo Community Writer Mohamad Ulil Albab

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya