Sarapan Ala Bule di Madiun, Rp15 ribu Dimasakin Chef Kapal Pesiar

- Dwi Suprapto, mantan koki kapal pesiar, membuka lapak kaki lima Sarapan Ala Bule di Madiun sejak tahun 2016 dengan harga Rp15 ribu per porsi.
- Pelanggan menikmati omelet, salad segar, dan sandwich isi telur dan sayuran dengan pujian akan rasa yang enak dan tampilan menarik.
- Dwi memiliki misi untuk mengenalkan rasa dan budaya kuliner dari tempat-tempat jauh kepada masyarakat sekitar tanpa menghilangkan nilai kebersamaan yang hangat.
Kota Madiun, IDN Times – Di tengah ramainya suara lalu lintas pagi dan aroma nasi pecel yang biasa mendominasi sudut Kota Madiun, ada sebuah pemandangan yang berbeda di salah satu sisi Lapangan Gulun. Di sana, di bawah rindang pepohonan dan hanya beralaskan tikar sederhana, tersaji hidangan yang biasanya hanya kita jumpai di hotel-hotel berbintang. Omelet, salad segar, dan sandwich dengan kentang goreng.
1. Dibandrol dengan harga Rp15 ribu per porsi

Lapak kecil itu diberi nama Sarapan Ala Bule, dan orang di baliknya adalah Dwi Suprapto—seorang mantan koki kapal pesiar yang kini memilih ‘menambatkan’ keahliannya di kampung halaman. Sejak tahun 2016, Dwi membuka lapak kaki lima yang menawarkan pengalaman sarapan berbeda bagi warga Madiun.
“Awalnya banyak yang heran. Mereka kira saya jualan nasi goreng atau makanan lokal. Tapi waktu lihat salad dan sandwich di menu, banyak yang penasaran,” tutur Dwi sambil tersenyum, Selasa (15/7/2025).
Dengan tangan terampil yang dulunya menyajikan makanan untuk tamu-tamu kelas dunia di tengah laut lepas, Dwi kini memasak dengan semangat yang sama—untuk warga biasa. Harga menunya pun jauh dari kata mewah. Hanya Rp15 ribu, pembeli bisa menikmati sepiring omelet lengkap dengan sosis, jagung manis, tomat segar, dan sepotong roti panggang.
“Saya ingin siapa saja bisa mencicipi makanan seperti ini, tanpa harus pergi ke hotel mahal,” ujarnya.
2. Diakui pelanggan enak

Setiap pagi, satu per satu pelanggan datang. Ada yang duduk lesehan sambil menikmati salad segar dengan keju parut, ada pula yang datang bersama anak-anak yang lahap menyantap sandwich isi telur dan sayuran.
Hendri Setyawan, salah satu pelanggan setia, mengaku senang membawa keluarganya ke sini. “Anak-anak jadi mau makan sayur. Karena tampilannya menarik dan rasanya juga enak,” katanya.
Sementara Mareta, seorang perantau asal Tangerang yang sedang mudik, menemukan pengalaman yang tak disangkanya. “Saya pikir ini seperti warung biasa. Tapi pas lihat menunya, rasanya seperti sarapan di luar negeri, tapi dengan suasana kampung halaman. Unik banget.”
3. Cita-cita owner

Di balik semua kesederhanaan itu, Dwi mengaku punya misi yaitu mengenalkan rasa dan budaya kuliner dari tempat-tempat jauh kepada masyarakat sekitar, tanpa menghilangkan nilai kebersamaan yang hangat.
“Makanan bisa menyatukan banyak hal. Saya cuma ingin bikin orang senang, kenyang, dan mungkin, terinspirasi.”
Dan begitulah, dari balik gerobak sederhana dan tikar lusuh, Sarapan Ala Bule tumbuh menjadi lebih dari sekadar warung makan. Ia menjadi ruang kecil tempat dunia luar hadir dalam satu suapan—dengan harga yang bersahabat, dan rasa yang tak terlupakan.