TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Es Tape Pak Jum, Kuliner Legendaris Sejak 1970 yang Cuma Rp2 Ribu

Pelanggan Es Tape Pak Jum banyak dari kalangan mahasiswa

Juma'ali saat berjualan es tape di Kota Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Malang, IDN Times - Kota Malang mungkin sudah tidak lagi sedingin dulu akibat perubahan iklim. Namun, masih ada sajian kuliner dingin yang bisa menyejukkan siang di Kota Malang yang amat panas. Kuliner tersebut adalah Es Tape Pak Jum yang ada di pinggir Jalan Peltu Sujono, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Es Tape Pak Jum kini mulai naik daun karena rasanya yang simpel disukai anak-anak hingga orang dewasa. Beberapa kali Es Tape Pak Jum viral di media sosial karena harganya yang hanya Rp2 ribu per mangkoknya.

Baca Juga: Jungkir Balik Yanuar, Pengusaha Kuliner Pecel Pitik Khas Banyuwangi

1. Sejarah Es Tape Pak Jum, sudah eksis sejak 1970

Sajian Es Tape Pak Jum. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Es Tape Pak Jum memang sudah tidak diragukan lagi merupakan salah satu kuliner legendaris di Kota Malang. Es tape racikan keluarganya sudah ada sejak 1970, artinya es tape ini sudah ada di Kota Malang sejak 53 tahun yang lalu.

"Es tape ini awalnya bapak saya berjualan sejak 1970, kemudian menyusul saya ikut jualan saat masih kecil sekali. Tapi kita jualannya terpisah, saya dan bapak bawa es sendiri-sendiri," terang Owner Es Tape Pak Jum, Juma'ali (61) saat ditemui pada Jumat (29/9/2023).

Awalnya Juma'ali berjualan di sekitar Pabrik Kulit Usaha Loka yang ada di Jalan Peltu Sujono. Tapi pindah beberapa meter dari sana karena tergusur, lokasi tersebut dijadikan tempat parkir pegawai.

Resep es tape juga diciptakan sendiri oleh orang tua Juma'ali, sehingga rasanya memang lain daripada yang lain. Ada rasa segar dipadukan dengan rasa manis dan asam. Bahkan mereka memfermentasikan sendiri singkong agar menjadi tape.

"Tape ini kita tidak beli, tapi singkong yang kita fermentasikan sendiri di rumah. Jadi memang lebih segar kalau diminum saat siang-siang seperti ini," ujarnya.

2. Alasan Juma'ali tetap menjual es tape hanya dengan harga Rp2 ribu

Juma'ali saat berjualan es tape di Kota Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Hingga saat ini, Juma'ali hanya membanderol semangkuk es tape dengan harga Rp2 ribu. Ia mengatakan jika harga segitu susah cukup untuk mendapatkan laba. Ia mengaku kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi hanya dengan berjualan es tape.

"Tapi meskipun hanya Rp2 ribu, kita tetap mendapatkan untuk kok. Buktinya kita kalau naik becak tidak pernah hutang, kalau ada kebutuhan apapun langsung kita bayar," bebernya.

Ia berpandangan yang terpenting dagangannya laku dan besoknya ia bisa berjualan lagi. Prinsip Juma'ali adalah kalau sudah mendapatkan hasil maka sudah, ia tidak ingin serakah. Tidak perlu terlalu memaksakan diri seperti orang-orang.

Namun, ia tetap memiliki kendala saat berjualan, ia resah dengan oknum-oknum yang mengaku-ngaku sebagai cabang dari Es Tape Pak Jumbdi Comboran. Padahal ia menegaskan tidak pernah membuka cabang di manapun. Ia hanya berjualan di Jalan Peltu Sujono, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang dari pukul 09.00 WIB sampai 15.00 WIB.

"Waktu Pandemik COVID-19 memang banyak yang coba meniru jualan es tape. Tapi ya berhenti semua soalnya cuma meniru-niru, sedangkan kita punya resep rahasia sendiri," bebernya.

Baca Juga: Orem-orem Haji Abdul Manan di Kota Malang Sejak 1967

Verified Writer

Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan untuk merajut keabadian. Dengan menulis kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu adalah 2 unsur yang saling tarik menarik membentuk sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya