Isu Resesi, Crazy Rich Diprediksi Akan Borong Properti 

Harga properti belum naik, bisa investasi sebelum resesi

Surabaya, IDN Times - Isu ancaman Indonesia menghadapi resesi di tahun 2023 ditanggapi para pengusaha properti di Surabaya. Isu resesi justru kesempatan atau peluang bagi mereka yang memiliki uang banyak atau yang biasa dikenal sebagai crazy rich.

Salah satu pengusaha properti di Surabaya, Daniel Sunyoto yang juga President Director Xavier Mark mengatakan, isu resesi sama seperti saat masa pandemik, banyak investor yang memanfaatkannya untuk berinvestasi di properti. Sehingga, isu resesi 2023 akan dimanfaatkan juga oleh sejumlah orang yang memiliki banyak uang untuk berbong-bondong berinvestasi lewat properti.

"Sebenarnya para investor menunggu, oh ada isu resesi tahun depan. Kita belanja setelah ini, karena mereka berfikir akan ada koreksi," ujar Daniel yang juga pengurus Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jawa Timur itu saat ditemui di Arebi Expo 2022 di Ciputra World, Senin (31/10/202) petang. 

Daniel menyebut, harga rumah baru saat ini, hampir belum mengalami kenaikan. Sehingga isu resesi 2023, bisa dimanfaatkan banyak orang untuk membeli rumah dengan harga yang masih.

"Menurut saya, segala macam isu ini akan ditangkap orang-orang pintar melihat peluang," kata Daniel.

Pengusaha proerti lainnya, Joseph Lukito Utojo berkata lain. Dirinya melihat dua hal yang akan terjadi jika Indonesia menghadapi resesi di tahun 2023. Pertama dari segi developor, kedua dari sisi pembeli.

"Kalau pembelinya, melihat kabar indikasi semua akan resesi, dia beli yang seperlunya, jadi harus smart," kata pengurus AREBI Jatim ini.

Jika pembeli tak mampu membeli properti, kata dia, mereka akan cenderung menyewa properti. Sehingga, dipastikan jika benar ada resesi di tahun 2023, pasar sewa juga akan meninggkat.

"Bicara mengenai properti ada dua bisa beli, bisa sewa, kalau belum bisa beli, ya sewa, artinya pasar sewa pun akan naik," jelasnya.

Sementara, dari sisi pengembang atau developer. Menurutnya, jika  terjadi resesi maka akan mengakibatkan bahan bangunan naik. Jika developer menaikkan harga, pasti akan menggerus profit atau keuntungan.

"Kalau tidak, pasti menurunkan spesifikasi kualitas atau jumlah luasannya. Kalau quality kan gak mungkin sekarang ada pengawasan dan sebagainya. Jadi dua ini gak bisa mepet harga, pasti naik," tutur Joseph.

Yang perlu diperhatikan oleh developer adalah bagaimana unit-unit secepat mungkin harus dijual. Hal itu agar aliran dana devepor bisa terus berjalan.

"Cash flow mereka segera mungkin, untuk bisa membangun yang lain, nanti dia masukkan baru, kemudiam harganya lebih tinggi, belum tentu dia bisa jual," pungkas dia.

Baca Juga: Sandiaga Uno Yakin 97 Persen Indonesia Tak Akan Resesi Tahun Depan!

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya