Jalanan di Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi disulap jadi lapak penghasil cuan. (FOTO: IDN TIMES/ Agung Sedana)
Buka sejak pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB, pundi-pundi uang dikantongi kedua saudara ini. Meskipun tak bisa disebut untung kepalang, namun penghasilan mereka konsisten. Belum genap seminggu, modal awal Rp 500 ribu pun sudah balik. Bahkan, di akhir pekan warkop portable mereka laris diserbu orderan.
Untuk satu cangkir kopi, harganya pun sangat bersahabat. Tak perlu khawatir bakal menguras kantong, sangat cocok untuk ukuran kantong pelajar. Yakni antara Rp3 ribu hingga Rp5 ribu. Mereka juga menyediakan aneka minuman dingin. Tak lupa ada juga camilan ringan untuk mendampingi.
"Kalau hari biasa gini lumayan lah. Kalau pas akhir pekan bisa membludak," ungkap Teo.
Diakuinya, hal yang membuat jualan kopi ini laris bukan dari jenis kopi yang diseduh. Melainkan faktor otentik kedua. Faktor tersebut yaitu alam yang berkorelasi dengan lokasi mereka berjualan. Waktu yang tepat juga mendukung minat beli orang-orang.
"Kalau sore begini kan pembeli bisa sambil menikmati langit senja. Orang yang lewat juga tertarik karena ada keramaian, dan lama-kelamaan menjadi tahu kalau tiap sore ada tongkrongan disini," kata Angel, menyela Teo.