Kafe di Malang Berikan Diskon Spesial Bagi Pengguna Bahasa Walikan

Pengunjung Kedai Kopi Sebastien justru banyak dari Jakarta

Warga Malang memang terkenal dengan Bahasa Walikan (kebalikan) sejak lama. Contohnya kata 'Malang' biasanya dibalik menjadi 'Ngalam' atau kata 'kamu' diganti 'umak'. Banyak versi sejarah terkait kenapa Bahasa Walikan bisa eksis di Malang.

Tapi seiring banyaknya perantau yang datang ke Malang membuat pelantun Bahasa Walikan mulai terkikis. Oleh karena itu, sebuah kafe di Jalan Jenderal Basuki Rahmat Gang 8 Nomor 92, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang mencoba merawat keberadaan bahasa khas warga Malang ini. Kafe bernama Kedai Kopi Sebastien ini akan memberikan diskon 40 persen bagi pengguna Bahasa Walikan Malang.

1. Harga menu untuk pelantun Bahasa Walikan Malang maksimal hanya Rp13 ribu

Kafe di Malang Berikan Diskon Spesial Bagi Pengguna Bahasa WalikanDaftar menu di Kedai Kopi Sebastien. (IDN Times/Istimewa)

Pemilik Kedai Kopi Sebastien, Didik Sapari mengatakan jika pelanggan yang bisa memakai Bahasa Walikan akan mendapatkan diskon sepesial. Ia membeberkan kalau mereka yang fasih Bahasa Walikan akan mendapatkan harga menu spesial, hanya antara Rp5 ribu sampai Rp13 ribu.

"Sementara kalau yang datang memakai Bahasa Indonesia ya lumayan mahal. Harga menunya bisa antara Rp15 ribu sampai Rp20 ribu," terangnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (15/07/2023).

Didik mengakui dengan kebijakan diskon yang unik ini membuat kafe miliknya kian terkenal. Banyak warga lokal hingga pendatang yang penasaran dengan kafe miliknya. Pasalnya seluruh pelanggan kental dengan Bahasa Walikan Malang saat memesan menu.

"Kalau menu kita sebenarnya tidak ada yang spesial seperti mulai dari aneka kopi. Ditambah jajanan tradisional seperti weci, tahu brontak, hingga onde-onde," jelasnya.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Kafe di Pacitan, Bikin Nongkrong Asik

2. Kedai Kopi Sebastien ingin menciptakan kafe dengan nuansa asli Malang

Kafe di Malang Berikan Diskon Spesial Bagi Pengguna Bahasa WalikanSuasana di Kedai Kopi Sebastien. (Instagram/@kedaisebastien)

Didik menceritakan jika ia melihat sudah banyak kafe dengan konsep unik di Malang, mulai dari menu yang unik atau susana bangunan yang heritage atau kuno. Tapi ia berpendapat belum ada kafe yang menyajikan konsep kultur Malangan. Menurutnya kafe di Malang masih berfokus pada perlombaan secara materiil.

Oleh karena itu, ia tidak terlalu banyak merubah bentuk bangunan kafe ataupun furniture di Kedai Kopi Sebastien. Ia berfokus bagaimana kultur Malangan ini bisa tercipta dari pengunjung itu sendiri. Sehingga tercetuslah ide agar mendorong pengunjung sendirilah yang melantunkan Bahasa Malangan melalui iming-iming diskon.

"Tidak ada kafe di Malang yang memberi diskon bagi pelantun Bahasa Walikan. Semua saat ini mengedepankan suasana Malang Kuno saja," bebernya.

3. Kafe yang awalnya ingin menjaga Bahasa Walikan, kini juga mengajarkan Bahasa Walikan pada para pendatang di Kota Malang

Kafe di Malang Berikan Diskon Spesial Bagi Pengguna Bahasa WalikanSuasana di Kedai Kopi Sebastien. (IDN Times/Istimewa)

Didik pada mulanya hanya ingin kafenya tidak sepi dan anak muda di Malang tidak melupakan Bahasa Walikan justru mendapatkan berkah lebih. Banyak warga pendatang yang kini singgah di kafenya. Mereka bahkan mulai belajar Bahasa Walikan dari pegawai-pegawai Kedai Kopi Sebastien.

Meskipun pada awalnya kaku, pelanggan yang berusaha belajar dengan sungguh-sungguh tetap akan mendapatkan diskon 40 persen. Sehingga tidak perlu takut untuk datang ke kafe ini meskipun baru menginjakkan kaki di Malang.

Ia juga mengungkapkan bahwa justru banyak pelanggan yang datang berasal dari ibukota. Mereka biasanya adalah mahasiswa asal Jakarta yang tengah berkuliah di Malang. Kafe ini dirasakan sangat sesuai dengan kantong mahasiswa yang pas-pasan tapi ingin rehat dari penatnya perkuliahan.

"Mereka diajarkan memakai Bahasa Walikan misalnya seperti mengatakan Sam, ipok usus utas (Mas, kopi susu satu). Setelah itu mereka ketawa bersama dan jadi perbincangan, membuat susana jadi cair," bebernya.

4. Suasana kuno kafe juga mendukung nuansa Malang era 1960an

Kafe di Malang Berikan Diskon Spesial Bagi Pengguna Bahasa WalikanSuasana di Kedai Kopi Sebastien. (Instagram/@kedaisebastien)

Kedai Kopi Sebastien yang memanfaatkan rumah kuno pada era 1960an membuat nuansa jadul yang lekat. Ini didukung furniture lawas agar pelanggan makin betah menikmati suasana yang heritage. Ditambah beberapa barang kuno seperti buku-buku tua hingga sepeda ontel membuat cocok untuk koleksi foto.

Kemudian lokasinya yang berada di Kampung Heritage menunjang susasan Malang tempo dulu. Sehingga sejak di luar kafe, kita sudah disuguhi pemandangan yang unik.

"Kalau untuk barang-barang kuno di kafe itu milik kita sendiri. Kita kumpulkan sendiri agar konsepnya tidak bertabrakan dengan bangunan ini," pungkasnya.

Baca Juga: 9 Kata dalam Bahasa Jawa Malang yang Terkenal dengan Bahasa Walikan 

Rizal Adhi Pratama Photo Community Writer Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan untuk merajut keabadian. Dengan menulis kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu adalah 2 unsur yang saling tarik menarik membentuk sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya