Tradisi Kebo-keboan, Cara Petani di Banyuwangi Ucapkan Rasa Syukur

Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun

Banyuwangi, IDN Times - Puluhan masyarakat tampak berdandan seperti kerbau saat bersiap menjalani prosesi ritual adat Kebo-keboan di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi. Sementara sepanjang jalan, nampak aneka buah-buahan dan tanaman hasil bumi. Hasil bumi itu digantung dan ditaruh di tengah jalan.

Ketua Adat Tradisi Kebo-keboan Alasmalang, Indra Gunawan menjelaskan, tradisi Kebo-keboan merupakan simbol rasa syukur para petani kepada Tuhan atas hasil yang melimpah yang berlangsung setiap Bulan Suro.

"Kebo-keboan ini merupakan tradisi bersih desa alas malang, yang notabene masyarakat agraris, petani, sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpahsekaligus memohon, agar musim panen yang ke depan bisa semakin meningkat," ujar Gunawan di sela pagelaran Kebo-keboan, Minggu (15/9).

 

1. Dihadiri ribuan masyarakat

Tradisi Kebo-keboan, Cara Petani di Banyuwangi Ucapkan Rasa SyukurIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Tradisi Kebo-keboan, tampak dihadiri ribuan masyarakat. Mereka tampak rela memadati jalan di Desa Alasmalang, yang ingin menyaksikan jalannya tradisi adat Kebo-keboan.

Sebuah kubangan di sepetak tanah telah dibuat untuk simbol aktivitas Kebo-keboan membajak bersama petani, hingga proses penanaman benih padi. Sementara, Dewi Sri yang menjadi sosok dewi kesuburan, yang ditandu para kebo keboan tampak terus menemani.

"Ritual dimulai sejak satu 1 Suro, ada slametan pekunden, ater ater, penanaman pala wija, ijab kobul kebo keboan, kemudian ider bumi kebo keboan yang ditutup dengan ritual wayangan yang melakonkan Dewi Sri," katanya.

2. Berharap berkah dan keselamatan untuk tanaman petani

Tradisi Kebo-keboan, Cara Petani di Banyuwangi Ucapkan Rasa SyukurIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Saat ritual adat berlangsung, puluhan pemeran kebo-keboan dan Dewi Sri ditandu keliling desa untuk melakukan ider bumi, berharap keberkahan, keselamatan dan mengusir mara bahaya.

Saat prosesi tersebut, puluhan tanaman pertanian dan buah buahan hasil bumi yang ditata berjajar di sepanjang jalan diharapkan bisa mendapatkan berkah saat dilintasi Kebo-keboan dan Dewi Sri.

Menurut Gunawan hasil bumi yang ditaruh di tengah jalan dan digantung di berbagai pagar petanda empat penjuru, merupakan simbol harapan keberkahan. Terutama untuk menyambut arak-arakan puluhan kebo-keboan bersama Dewi Sri.

"Buah buahan, itu simbol keberkahan yang telah didapat di bumi Alas Malang, kalau tanaman di sepanjang jalan itu ngalap berkahe selamatan desa, mendapat pemberkatan Dewi Sri. Itu tanaman yang ditanam masyarakat petani Alas Malang, mereka inisiatif sendiri ambil tanaman cabainya di taruh di tengah jalan itu, kalau sudah diinjak kebo, dan dilewati Dewi Sri berharap bisa mendapatkan keberkahannya," katanya.

Baca Juga: Bahan Jok Mobil, Sabut Kelapa Banyuwangi Diekspor ke Tiongkok

3. Simbol mengolah sawah

Tradisi Kebo-keboan, Cara Petani di Banyuwangi Ucapkan Rasa SyukurIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Puncak tradisi, keboan yang diperankan masyarakat Desa Alas malang dengan melumuri tubuhnya dengan bubuk oker berwarna hitam, lengkap dengan rambut buatan dan tanduk mulai memakai alat bajak konvensional dipunggungnya. Petani kemudian melakukan simbol aktivitas membajak sawah yang sudah diolah menjadi kubangan lumpur.

Kemudian puluhan Anak-anak yang berlarian ke kubangan, ditangkap oleh keboan diusir (sebagai simbol melawan hama). Selanjutnya ada prosesi penanaman benih padi, dan diperebutkan untuk keberkahan.

"Itu rebutan malai padi yang bertuah, malai padi yang diarak Dewi Sri. Satu malai kemudian di bawa ke rumah di campur bibit padi yang ada di rumah Insya Allah berkah," katanya.

4. Masuk dalam agenda festival Pemkab

Tradisi Kebo-keboan, Cara Petani di Banyuwangi Ucapkan Rasa SyukurIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas yang hadir menyaksikan tradisi Kebo-keboan mengatakan, pemerintah daerah menjadikan tradisi tersebut masuk dalam agenda Banyuwangi Festival sebagai wujud dukungan untuk melestarikan budaya lokal.

"Festival kami gelar tidak hanya di kota, tapi juga di kampung kampung, dimana di situ dilahirkan kebudayaan itu, termasuk di Alasmalang, ini akan menjadi penguatan kita untuk mengangkat kebudayaan lokal, sekaligus melestarikannya," kata Anas.

Menurut Anas, pemerintah daerah yang tidak bersedia memberi panggung dan mendukung kelestarian budaya lokal, maka akan terancam tergerus budaya asing.

"Daerah yang tidak memberi panggung pada budayanya tidak nguri nguri (melestarikan), maka terancam tergerus budaya asing, bahkan budaya yang tidak ramah pada kebhinekaan. Ini menjadi benteng kita," katanya.

Baca Juga: Poles Pulau Merah Banyuwangi, Kementerian BUMN Siapkan Rp67 Miliar

Topik:

  • Faiz Nashrillah
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya