Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Festival Gandrung Sewu.
Festival Gandrung Sewu. Dok-Kemenparekraf

Intinya sih...

  • Festival Gandrung Sewu Banyuwangi menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri dengan keindahan gerak tari ribuan penari.

  • Tari Gandrung adalah simbol kecintaan pada Dewi Sri, diiringi lagu berisi pesan tentang alam, pertanian, dan penghormatan pada leluhur.

  • Tari Gandrung tradisional terdiri dari tiga bagian pertunjukan: Jejer, Paju, dan Seblang Subuh dengan busana khas yang menarik perhatian.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bersiaplah untuk menjadi bagian dari event budaya spektakuler di Banyuwangi, yakni Festival Gandrung Sewu. Festival tahunan ini selalu berhasil menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri. Keindahan gerak tari ditampilkan ribuan penari dengan pemandangan indah laut Selat Bali.

Tari Gandrung merupakan tarian tradisional yang memiliki daya tarik kuat dengan keunikannya. Bukan sekedar ekspresi budaya, setiap gerakan memiliki nilai dan simbol luhur. Popularitas Tari Gandrung saat ini, tidak diperoleh dalam waktu singkat. Kesenian rakyat ini telah melalui perjalanan panjang yang menarik untuk diketahui.

Tari Gandrung, Simbol Kecintaan Pada Dewi Sri

Foto hanya ilustrasi. Pixabay/MythologyArt

Mulanya Tari Gandrung dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur setelah panen berlangsung. Merujuk pada kekaguman masyarakat Banyuwangi pada Dewi Sri atau Dewi Padi, sang pembawa kemakmuran. Dewi Sri merupakan sosok mitologi yang dihormati dalam kebudayaan masyarakat agraris di Jawa.

Dahulu, setelah panen raya tiba, masyarakat petani bersama-sama menggelar pementasan Gandrung semalam suntuk. Ini cara mereka berterima kasih kepada Sang Pencipta, alam dan roh leluhur atas hasil panen.

Pementasan Gandrung ini diiringi lagu berisi pesan tentang alam, pertanian dan penghormatan pada leluhur. Aspek sakral terasa terutama pada akhir pertunjukan atau disebut Seblang Subuh. Menyelang terbitnya matahari, pertunjukan Gandrung segera berakhir. Alunan musik berubah menjadi lagu-lagu sedih dan penuh penghayatan.

Meski kini Tari Gandrung lebih sebagai kesenian hiburan dan pariwisata budaya, akar budaya tetap terikat pada tradisi pertanian. Selain itu nuansa ritual masih tersimpan dalam setiap gerakan penari.

Sejarah Panjang Tari Gandrung

Ilustrasi penari gandrung. Dok Pemkab Banyuwangi.

Tari Gandrung adalah kesenian tradisional yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Lahir dan berkembang dari tradisi ritual masyarakat agraris yang berakar budaya Suku Osing. Tidak ada catatan sejarah kapan dan siapa pencipta Tari Gandrung.

Nama Gandrung sendiri memiliki arti terpesona atau tergila-gila akan suatu hal, dimaknai sebagai kekaguman pada sang dewi. Penari adalah perwujudan Dewi Sri yang mempesona, setiap gerakan anggun dan gemerlap pakaian sebagai simbol kemakmuran.

Namun, ada pula pendapat yang mengartikan Gandrung sebagai pesona menawan penari yang mampu membuat penonton larut dalam tarian. Sebab ada suatu masa, penari Gandrung dianggap sebagai wanita penghibur.

Pada masa Kerajaan Blambangan, kesenian Gandrung kerap dipentaskan di keraton untuk menyambut tamu kehormatan. Masuknya kolonial Belanda membuat Gandrung menjadi pelengkap pesta minuman, pada masa inilah gandrung kehilangan esensi asalnya.

Tari Gandrung pernah ditarikan oleh pria yang memakai kostum dan berdandan seperti perempuan yang disebut Gandrung Lanang. Namun Gandrung Lanang mulai lenyap sejak masukkan Islam ke Banyuwangi sekitar tahun 1890-an. Keberadaan Tari Gandrung juga tidak lepas dari nama Gandrung Semi yang merupakan Gandrung perempuan pertama.

Gerak dan Kostum Tari Gandrung

Festival Gandrung Sewu. Dok-Kemenparekraf

Tari Gandrung tradisional terdiri dari tiga bagian pertunjukan. Bagian pertama disebut Jejer, yakni ketika para penari Gandrung menampilkan tarian bersamaan atau sendiri. Penonton dapat melihat kelihaian para penari profesional hingga bagian ini berakhir.

Bagian kedua disebut Paju atau diartikan maju. Pada bagian ini para penonton dapat terlibat dalam tarian atau ikut menari bersama penari secara bergantian. Penonton yang maju tidak harus bisa menari dengan baik, cukup mengikuti irama dan gerakan penari.

Selanjutnya bagian terakhir seblang subuh merupakan penutup pertunjukan, dimana gerakan penari semakin melambat diiringi gending bertema sedih. Tari gandrung sekarang telah menjadi daya tarik wisata. Dengan dikemas secara padat ringkas dan dapat dipentaskan setiap saat.

Busana Tari Gandrung adalah bagian penting yang khas dan menarik perhatian. Terdiri dari pakaian penutup badan yang Terbuat dari bahan beludru berbenang emas. Bagian bawahan menggunakan jarik atau kain batik, biasanya menggunakan motif gajah oling.

Bagian paling khas ada pada hiasan kepala yang disebut omprok, mahkota dari kulit kerbau dengan ornamen berwarna. Dilengkapi selendang merah dan kipas yang makin memperindah gerakan dalam tarian.

Mengetahui lebih banyak tentang Tari Gandrung membuat kamu semakin penasaran bukan? Nikmati kemegahan Festival Gandrung Sewu Banyuwangi dan rasakan daya magis yang diciptakan para penari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team