Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Banyuwangi, IDN Times - Masyarakat Desa Tegaldlimo, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi memanfaatkan kawasan bendungan sungai Dam Limo sebagai sentra kuliner ikan air tawar, khusunya sidat.
1. Buka setiap Sabtu dan Minggu
Menikmati ilahan ikan sidat di kawasan Sungai Dam Limo. IDN Times/Istimewa Kawasan yang dijuluki Oling River Food tersebut, menyajikan suasana nyaman pemandangan kawasan sungai dan rindang pepohonan. Kata oling, bagi warga sekitar berarti ikan sidat.
Pasar kuliner Oling River Food akan buka dua kali dalam sepekan, yakni setiap Sabtu pukul 15.00 -21.00 WIB, dan Minggu pukul 09.00 - 16.00 WIB.
"Warga Dam Limo mengajak wisatawan untuk merasakan sensasi menikmati ikan sidat dengan citarasa khas Indonesia di sebuah areal dam di pinggir sungai yang bersih. Destinasi ini mulai kami perkenalkan ke masyarakat," ujar Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Guntur Priambodo, Jumat (27/12).
2. Sajikan beragam olahan sidat
Olahan ikan sidat dengan bumbu tradisional. IDN Times/Istimewa Bila mampir ke sana, pengunjung akan disajikan ragam olahan ikan air tawar dengan bumbu tradisional yang menjadi menu andalan di sana. Mulai dari wader goreng, botok wader, pelasan oling, hingga ungkepan oling.
Tidak hanya olahan sidat, kawasan kuliner ini juga menyediakan banyak pilihan lain seperti ayam pedas, ikan pari pedas, nasi pecel, sate kerang, dan rujak soto. Aneka jajanan tradisional juga ada, mulai dari cenil, lupis, putu ayu, hingga getuk. Berikut juga minumannya, seperti dawet dan es kelapa muda.
"Di sini ada menu spesial, ungkepan oling yang sangat nikmat. Rasanya sungguh enak,” katanya.
3. Berada di jalur TN Alas Purwo
Kawasan Sungai Dam Limo yang dijadikan sentra kuliner ikan sidat. IDN Times/Istimewa Wisata kuliner ini cocok buat wisatawan yang sedang berada di jalur menuju Taman Nasional Alas Purwo. Pelancong bisa mampir sebelum atau sesudah berkunjung ke Alas Purwo.
Guntur mengatakan, kawasan dam sungai dipilih sebagai salah satu cara mengajak masyarakat menjaga kebersihan sungai. Kuliner sidat sendiri dipilih karena Banyuwangi dikenal sebagai salah satu daerah pengekspor sidat skala besar ke negara Jepang.
"Harapan kami, dengan menjadi jujugan wisatawan warga turut tergerak menjaga kebersihan sungai. mereka akan malu bila sungainya kotor dilihat banyak orang," kata Guntur.
Sebagai bentuk komitmen mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik, pihaknya memberlakukan aturan bagi pedagang untuk memakai bahan alam sebagai bungkus kuliner.
"Pedagang di sini juga kami larang produksi plastik. Mereka kami ajak untuk mulai peduli lingkungan. Misalnya mengganti piring dengan daun pisang, piring lidi, atau anyaman bambu untuk kemasan makan dan minum,” ujarnya.
Baca Juga: 10 Wisata Pantai Banyuwangi yang Gak Kalah Indah Dibanding Bali