Sebelum ke Arema, I Putu Gede sempat Hubungi Aji Santoso

I Putu Gede juga sempat berkomunikasi dengan Javier Roca

Malang, IDN Times - Keberadaan pelatih lokal di tim-tim Liga 1 memang terbilang langka. Saat ini saja hanya 2 tim yang memanfaatkan pelatih lokal di antaranya Persebaya Surabaya dengan Aji Santoso, dan PSS Sleman dengan Seto Nurdiantoro. Kali ini, I Putu Gede Dwi Santoso menambah catatan tersebut dengan memperkuat Arema FC menggantikan Javier Roca.

I Putu Gede ternyata memiliki cerita sebelum memutuskan bergabung dengan Singo Edan. Ia mengaku sempat berdiskusi terlebih dahulu dengan pelatih tim rival Arema FC, Persebaya Surabaya.

"Sekarang memang Coach Aji yang konsisten, beliau mentor saya. Saya saat masuk Arema bahkan berkonsultasi dengn Coach Aji terlebih dahulu. Kemarin sebelum lawan Rans (Nusantara) juga sharing dengan dia," terangnya saat dikonfirmasi pada Jumat (10/02/2023).

1. Putu Gede sebut Aji Santoso pelatih lokal paling stabil

Menurut mantan kapten Arema era 2000an ini, Aji Santoso adalah pelatih paling stabil karena punya integritas dan filosofi. Tak hanya itu, ia juga didukung manajemen yang memberi kepercayaan penuh.

Menurutnya, kepercayaan dari manajemen inilah yang jarang didapatkan pelatih-pelatih lokal. Padahal kepercayaan adalah modal penting agar pelatih lokal bisa berkembang.

"Tapi kembali bagaimana pelatih ini menjaga integritas dan menjaga komitmen dengan kerjaan. Dengan hadirnya pelatih asing ini jadi tantangan dan motivasi untuk pelatih lokal," tegasnya.

Ia melihat bahwa di tim manapun pelatih itu merumput, harus jadi pembelajaran untun memperbaiki diri. Hal inilah yang kurang didalami pelatih lokal, sehingga pemilik klub selalu ingin mendatangkan pelatih asing.

"Kalau gak belajar itu pasti sulit, makanya kalau saya gak ambil tantangan ini (pelatih Arema FC) maka gak akan dapat pengalaman. Ini adalah pengalaman berharga, gak semua pelatih dapat pengalaman ini," jelasnya.

Lebih lanjut, pria kelahiran Denpasar ini menilai sebenarnya semua pelatih lokal punya potensi yang sama. Hal ini ia saksikan saat ujian lisensi AFC Pro. Tapi menurutnya kadang kondisi lapangan tidak sesimpel terori di kelas.

2. Tugas mengembalikan gaya Malangan

Sebelum ke Arema, I Putu Gede sempat Hubungi Aji SantosoI Putu Gede saat masih menjadi pemain Arema. (IDN Times/Istimewa)

I Putu Gede mendapat tugas berat saat kembali ke Arema FC, ia dituntut mengembalikan gaya Malangan di Singo Edan. Tugas yang sebenarnya simple, tapi gagal dilaksanakan oleh Javier Roca.

"Gaya Malangan ini ngotot, gak pantang menyerah, gak mau kalah, terus ngeyel, ada kerasnya sedikit. Jadi sebenarnya itu sikap pada saat di lapangan," bebernya.

Ia menjelaskan kalau sikap-sikap ini todak secara instan bisa muncul di lapangan. Tapi harus dipupuk mulai dari hubungan sosial para pemain. Bahkan mulai dari candaan sampai komunikasi para pemain bisa dinilai apakah mereka sudah bisa menerapian gaya Malangan atau tidak. Pertama ia akan memperbaiki solidaritas antar pemain, lali irama permainan akan mengikuti.

"Beberapa musim ini di Arema (gaya Malangan) hilang, saya lihat berhentinya kompetisi saat pandemik juga berpengaruh. Kemudian grassroots di Malang yang mulai menghilang juga berpengaruh," ucapnya.

Namun, meskipun demikian gaya Malangan tidak akan pernah hilang karena sudah menjadi identitas sepakbola di Malang Raya. Sehingga hanya perlu sedikit polesan untuk mengembalikan gaya permainan Arema era Galatama ini.

Baca Juga: I Putu Gede Jadi Pelatih Baru Singo Edan

3. Telah berkomunikasi dengan Javier Roca

Sebelum ke Arema, I Putu Gede sempat Hubungi Aji SantosoPelatih Singo Edan, Javier Roca saat konferensi pers via zoom. (Foto: Rizal Adhi Pratama)

Meskipun datang sebagai pengganti Javier Roca, I Putu Gede ternyata juga telah menjalin komunikasi dengan Javier Roca. Menurutnya keduanya juga merupakan teman lama, sehingga tidak ada perasaan todak enak antara keduanya. Roca ternyata memberi banyak masukan pada mantan pelatih PSMS Medan ini.

"Jadi sebelumnya saat kekalahan 5 kali beruntun ada komunikasi yang hilang antara coach dan pemain. Itu yang hilang yang terbawa ke game plan, kalau dari analisa saya itu yang terjadi," jelasnya.

Kemudian situasi di luar pertandingan juga membebani dan membawa dampak psikis pada pemain. Ia merasa kasihan pada pemain dan official karena menanggung beban.

4. Tak boleh terlena Liga 1 tanpa degradasi

Sebelum ke Arema, I Putu Gede sempat Hubungi Aji SantosoArema FC saat melaksanakan sesi latihan di Stadion Pakansari Bogor. (Dok. Media Officer Arema FC)

Meskipun Liga 1 Musim 2022/2023 dilaksanakan tanpa degradasi, ia tidak ingin terbuai. Para pemain harus menjalani setiap pertandingan seolah-olah sistem degradasi masih berjalan.

"Mereka harus melihat kompetensi ini seperti ada degradasi, mulai dari semangat dan profesionalisme haris digenjot. Saya juga seperti itu (seperti ada degradasi), di sepakbola Indonesia gak ada yang pasti, apa saja bisa terjadi. Makanya secara natural dan motivasi saya lihat mereka (pemain) seperti kompetensi ada degradasi," tuturnya.

I Putu Gede melihat anak asuhannya sudah menerapkan itu, terlihat dari permainan melawan Rans Nusantara sebelumnya. Mereka tetap bermain ngotot meskipun tertinggal, kemudian bisa membalikkan kedudukan.

Baca Juga: I Putu Gede Bilang Keluarga Sempat Khawatir Dirinya Latih Arema FC

Rizal Adhi Pratama Photo Community Writer Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan untuk merajut keabadian. Dengan menulis kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu adalah 2 unsur yang saling tarik menarik membentuk sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya