Warga Kota Batu Harap Waspada, Jumlah Sumber Mata Air Kian Berkurang

Keberadaan sumber mata air di Kota Batu terancam

Batu, IDN Times - Pembangunan yang pesat di Kota Batu membuat perekonomian wilayah ini berkembang pesat. Bahkan, tingkat kemiskinan di Kota ini jadi yang terendah di Jawa Timur yaitu 3,31 persen. Namun, di balik hingar bingar ini ada potensi bahaya yang mengancam, yaitu kerusakan lingkungan.

1. Riset Impala UB menunjukkan bahwa jumlah sumber mata air di Kota Batu berkurang drastis

Warga Kota Batu Harap Waspada, Jumlah Sumber Mata Air Kian BerkurangKondisi terkini Sumber Air Gemulo Kota Batu. (IDN Times /Rizal Adhi Pratama)

Pada tahun 2018 Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam (Impala) Universitas Brawijaya melakukan penelitian terkait keberadaan sumber mata air di Kota Batu. Hasilnya mengejutkan, mereka mengatakan jika jumlah mata air yang tersisa di Kota Batu hanya tersisa 52 sumber mata air saja.

Padahal, sebelumnya pada periode sebelum 2011 ada sebanyak 111 sumber mata air yang ada di Kota Batu. Belum lagi didapati fakta bahwa 17 dari 52 sumber mata air ini juga terancam keberadaannya karena pembangunan dan pembukaan lahan yang masif.

Impala UB menyebutkan jika seharusnya pembangunan atau pembukaan lahan tidak boleh berada di radius 200 meter dari sumber mata air. Begitu juga pembangunan atau pembukaan lahan tidak boleh berada di daerah resapan air.

2. Aktivis Nawak Alam membenarkan jika kondisi sumber mata air kini memprihatinkan

Warga Kota Batu Harap Waspada, Jumlah Sumber Mata Air Kian BerkurangAris, Aktivis Lingkungan dari Nawak Alam Kota Batu. (IDN Times /Rizal Adhi Pratama)

Aktivis Nawak Alam, Aris membenarkan hasil penelitian yang diterbitkan oleh Impala UB. Ia mengatakan jika saat ini banyak wilayah yang dilu menjadi wilayah resapan air kini dibangun menjadi lokasi wisata hingga pemukiman penduduk. Tidak hanya mengurangi debit air, beberapa sumber mata air kini bahkan telah musnah. Saat ini, sumber mata air yang tersisa sedikit ini bahkan dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan air di 2 daerah, Kota Batu dan Kota Malang.

"Sekarang kebanyakan (sumber mata air) ada di wilayah Kecamatan Bumiaji, karena kita ada di wilayah hulu sehingga masih banyak sumber mata air yang tersisa. Selain itu wilayah Kota Batu yang ada di lereng gunung seperti Panderman itu masih ada sumber mata air," terangnya saat dikonfirmasi pada Kamis (29/2/2024).

Aris mengkritik pembangunan yang berlebihan di wilayah yang menjadi daerah resapan air, terutama yang ada di wilayah yang jadi hulu sungai. Ia mengatakan seharusnya pemerintah membuat regulasi bahwa wilayah yang jadi daerah resapan air tidak boleh disentuh.

3. Aris mengatakan jika Pemkot Batu sekarang sudah tidak memperdulikan kelestarian lingkungan

Warga Kota Batu Harap Waspada, Jumlah Sumber Mata Air Kian BerkurangKondisi terkini Sumber Air Gemulo Kota Batu. (IDN Times /Rizal Adhi Pratama)

Pria asal Kecamatan Bumiaji ini mengungkap jika Pemkot Batu sekarang sudah tidak memperdulikan lingkungan lagi demi pembangunan. Ia mencontohkan Perda (Peraturan Daerah) Kota Batu tentang Tata Ruang Tahun 2011 yang menyebut secara detail bahwa wilayah Kecamatan Bumiaji menjadi kawasan konservasi sehingga ada pembatasan dalam pembangunan. Tapi pada 2021 Perda Kota Batu terkait Tata Ruang direvisi lagi membuat tidak disebut lagi bahwa Kecamatan Bumiaji sebagai wilayah konservasi.

"Sehingga kalau dulu diperlukan kajian luar biasa untuk melakukan pembangunan di kawasan Bumiaji, sekarang secara otomatis aturan-aturan ini dihilangkan dengan revisi perda ini," bebernya.

Aris juga menyebut beberapa sumber mata air juga dieksploitasi secara berlebihan untuk memenuhi kebutuhan air di 2 daerah yaitu Kota Batu dan Kota Malang. Sumber-sumber mata air ini diantaranya Sumber Gemulo, Sumber Banyuning, Sumber Song, sampai Sumber Binangun. Menurutnya Sumber-sumber ini dieksploitasi dengan debit yang cukup besar, sehingga mencapai kawasan-kawasan sekitar Kota Batu, namun tidak dirawat dengan menyediakan kawasan resapan air atau membatasi pembangunan di sekitar area sumber mata air.

"Kalau saat musim penghujan sekarang kita tidak melihat secara pasti kondisi debit air, kalau musim hujan seperti ini pasti debitnya bertambah. Kalau ingin melihat pastinya berapa jumlah debit air saat musim kemarau," tegasnya.

Baca Juga: 7 Sumber Air Panas Terbaik Dunia, Salah Satunya di Indonesia

4. Tidak hanya menanam pohon, Nawak Alam juga mengawal regulasi kelestarian sumber mata air di Kota Batu

Warga Kota Batu Harap Waspada, Jumlah Sumber Mata Air Kian BerkurangAris, Aktivis Lingkungan dari Nawak Alam Kota Batu. (IDN Times /Rizal Adhi Pratama)

Kini, Nawak Alam tidak hanya melakukan pelestarian dengan menanam pohon di wilayah yang jadi resapan air. Mereka juga memperjuangkan regulasi konservasi lingkungan di tingkat Pemkot Batu, salah satunya menentang revisi pada Perda Kota Batu terkait Tata Ruang yang direvisi pada 2021.

"Teman-teman aktif dalam penanaman, tapi yang paling penting bagi kami adalah mengawal kebijakan dari pemerintah. Misalnya setelah kami melakukan penanaman di suatu wilayah, ternyata regulasi pemerintah di kawasan tersebut bukan lagi kawasan konservasi," pungkasnya.

Baca Juga: Sumber Gemulo, Penopang Hidup Warga Batu dan Malang yang Terancam

Rizal Adhi Pratama Photo Community Writer Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan merajut keabadian. Karena dengan menulis, kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu, keduanya saling tarik-menarik menciptakan sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya