Malang, IDN Times - Seri Pertama MilkLife Soccer Challenge (MLSC) 2025/2026 di Kota Malang mulai menunjukan calon-calon bintang sepakbola putri di Indonesia. Dalam laga final yang digelar di Stadion Gajayana ini, MI Al-Ihsan Turen menjadi juara Kategori Usia 10 Tahun usai melibas SD Sawojajar 5 dengan 4 gol tanpa balas. Sementara di Kategori Usia 12 Tahun, SDN 1 Mojorejo jadi juara setelah unggul tipis 1-0 dari SDN 3 Pandanlandung.
Nagista Tetap Bersinar di Lapangan Meski Lawannya Jauh Lebih Besar

Intinya sih...
Nagista, pemain paling bersinar di MLSC 2025/2026
Ayah Nagista mengatakan bakat anaknya sudah terlihat sejak kelas 2 MI
Legenda sepak bola Indonesia ungkap potensi sepak bola putri di Indonesia
1. Datang jauh-jauh dari Kabupaten Malang, Nagista jadi pemain paling bersinar
Berangkat jauh-jauh dari Desa Jeru, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang ke Stadion Gajayana, Madrasah Ibtidaiyah (MI) awalnya tidak diunggulkan karena datang dengan skuad dengan postur yang lebih kecil dari lawan-lawannya. Terutama sang kapten, Nagista Maulidina Bilqina yang saat ini duduk di kelas 4, ia jadi pemain paling kecil di timnya.
Tapi siapa yang menyangka, bocah 10 tahun ini jadi yang paling bersinar di MLSC 2025/2026. Tercatat ia mencetak 34 gol sepanjang kompetisi ini dan mencatatkan namanya sebagai top skor. Ia bahkan memborong 4 gol saat final, ia meliuk-liuk melewati 4-5 pemain yang lebih besar dan menyarangkan gol ke gawang lawannya.
Nagista mengungkapkan jika mimpinya adalah menjadi pemain Tim Nasional (Timnas) Sepakbola Putri Indonesia. Ini karena ia mengidolakan pemain-pemain seperti Pratama Arhan, Marcelino, dan Ole Romeny. Tapi ia secara khusus memakai nomor punggung 7 karena sangat mengidolakan Christiano Ronaldo, ia bahkan beberapa kali berselebrasi menggunakan gara CR7.
"Senang bisa juara 1 dan dapat top skor, bisa membanggakan orang tua. Ini karena latihan keras yang biasanya hari Jumat, Selasa, dan Kamis. Latihannya biasa sama teman perempuan atau laki-laki," ucapnya usai merayakan juara pada Minggu (16/11/2025) di Stadion Gajayana Kota Malang.
Tapi, ada cerita unik dari perjalanan sepakbola Nagista. Ia menceritakan kalau awalnya ingin mengambil posisi sebagai kiper. Ini dikarenakan sang ayah, Abdullah, juga merupakan pemain sepakbola yang berposisi sebagai penjaga gawang. "Posisi biasanya striker, karena bisa ngegolin dan dapat juara. Awalnya pingin jadi kiper seperti bapak, tapi gak boleh soalnya belum tinggi," ucapnya diikuti gelak tawa sang ayah.
2. Ayah Nagista mengatakan jika bakat anaknya sudah terlihat sejak kelas 2 MI
Sementara itu di tempat yang sama, Abdullah menceritakan jika awalnya ia tidak tahu kalau anaknya juga suka bermain sepak bola. Awalnya ia berpikir anaknya seperti anak perempuan pada umumnya yang suka permainan anak perempuan.
"Awalnya sejak Kelas 2 MI itu ternyata ikut ekstrakurikuler sepak bola di sekolahnya, saya malah gak tau awalnya. Kemudian pas saya tahu, saya lihat di turnamen saya lihat bakatnya ada, sehingga saya ikutkan SSB Arunda yang ada di Turen. Kita sebagai orang tua cuma mendukung, yang penting anaknya giat dan semangat," bebernya.
Karena tahu anaknya memiliki minat pada sepak bola, ia akhirnya memutuskan untuk mendukung penuh. Ia bahkan ikut turun tangan untuk membantu latihan putrinya saat hari libur.
"Saya sendiri bantu kalau dia libur latihan atau sekolah, setiap jam 11 sampai 12 siang saya bantu latihan fisik, tendangan dan dribling. Kebetulan saya juga ikut SSB Wisanggeni sebagai kiper," ujarnya.
3. Legenda sepak bola Indonesia ungkap potensi sepak bola putri di Indonesia
Legenda sepak bola Indonesia, Timo Scheunemann mengungkapkan kalau Kota Malang jadi kota terakhir atau kota ke-10 gelaran Seri 1 MLSC 2025/2026. Ini juga jadi yang pertama kalinya MLSC 2025/2026 digelar di kota ini, sehingga menurutnya harus mengejar daerah-daerah lain. Tapi ia lihat memang sekolah-sekolah di Malang mulai sadar agar serius untuk mengikuti turnamen seperti ini, dan ia lihat sekolah yang serius ini bisa mencapai 8 besar ke atas.
Ia juga melihat kalau orang tua sudah mulai mencari SSB untuk anak-anaknya, kemudian konsisten latihan di sekolahnya. Menurutnya, mereka yang telah effort melakukan ini tidak bisa dibohongi, ini terlihat dari sekolah yanh akan mendominasi di seri-seri berikutnya.
"Saya lihat memang ada sekolah yang serius, dan ada sekolah yang asal tampil. Harapan saya di Malang yang asal tampil itu sedikit dari 10 sekolah lainnya. Karena saya tahu animo sepak bola di Malang ini luar biasa," pungkasnya.