Suasana Gelora Bung Tomo Surabaya saat pertandingan Persebaya vs PSS Sleman, Selasa (29/10). IDN Times/Ardiansyah Fajar
Akan tetapi, pasang surut juga menerpa Persebaya. Tak hanya cerita indah dan juara, tim ini sudah kenyang menelan asam garam. Sebelum juara pada 2004, Bajul Ijo sempat turun kasta di 2002. Kemudian juara Divisi I sekaligus naik kasta pada tahun 2003, sampai akhirnya juara Divisi Utama pada 2004.
Setelah juara, Persebaya justru dipaksa degradasi di musim kompetisi 2005. Sebab, menolak bertanding melawan Persija di babak 8 besar dengan alasan ada Bonek yang diculik dan diancam dibunuh oleh salah satu ormas di Jakarta. "Namun kualitas tim waktu itu mengantarkan Persebaya juara Divisi 1 2006, kemudian naik ke Divisi Utama lagi di 2007" kata pemerhati sejarah Persebaya, Iwan Rukmantoro Rachmadi.
Sayangnya, pada musim kompetisi Divisi Utama 2007 Persebaya hanya menduduki peringkat ke-14 klasemen akhir. Alhasil tim kebanggaan Bonek ini tidak dapat ikut serta di Indonesia Super League tahun 2008. Barulah setahun berikutnya Persebaya kembali promosi usai mengalahkan PSMS melalui drama adu penalti babak playoff di Stadion Siliwangi, Bandung, yang berkesudahan dengan skor 7-6.
"Setelah promosi, Persebaya membentuk badan hukum PT PI (Persebaya Indonesia). Ada sahamnya Pak Saleh Mukadar 50 persen, Cholid Goromah 30 persen, dan Suprastowo 20 persen," jelas Iwan.
Atas dasar itulah Saleh Mukadar jadi komisarutama, Cholid sebagai dirut, dan Suprastowo mewakili Koperasi Surya Abadi Surabaya yang beranggotakan 30 klub internal Persebaya. Dengan akta PT PI ini, Bajul Ijo siap mengarungi ISL 2009/2010.
Kesiapan itu rupanya tidak diimbangi dengan kualitas tim. Meski berganti pelatih dari Danurwindo ke Rudi William Keltjes, penggawa Persebaya kesulitan di ISL. Mereka hanya mengemas 36 poin dan berada di klasemen ke-17. Perebutan kursi playoff untuk menghindari degradai terjadi antara Persebaya, Persik, dan Pelita Jaya.
"Tiga kali pertandingan penentuan lawan Persik ditunda, harusnya menurut aturan Persebaya sudah menang WO. Karena tuan rumah tidak bisa menggelar pertandingan".
"Tapi Presiden Direktur PT Liga, Andi Darussalam menjadwalkan ulang tanding di Palembang. Persebaya sudah lelah dengan tiga kali gagal tanding, harus keempat ke Palembang. Akhirnya tidak datang dan Persebaya yang di-WO. Kemudian degradasi lagi," jelas Iwan.
Tak sampai di situ, kala itu PSSI mengancam akan mencoret Persebaya jika tidak segera membayar denda di kompetisi sebelumnya. Mengetahui hal tersebut, Saleh Mukadar memilih membawa Persebaya ikut kompetisi Indonesia Premiere League (IPL) milik pengusaha Arifin Panigoro. Karena ada janji bantuan subsidi Rp10-30 miliar setaip musimnya.
"Menyebranglah ke kompetisi sebelah, IPL milik Arifin Panigoro itu. Keputusan Saleh membuat gejolak di tubuh Persebaya," terang Iwan.