Perjalanan Jersey 'AZA' Persebaya, Buatan Lokal Tapi Profesional

Buah dari eksperimen Presiden klub

Surabaya, IDN Times - Persebaya Surabaya menjalani musim kompetisi resmi pertamanya pada tahun 2017 setelah diakui kembali oleh federasi sepak bola Indonesia, PSSI. Diketahui, sebelumnya tim berjuluk Bajul Ijo ini tersandung dualisme.

Menjalani kompetisi resmi pertamanya, Presiden klub, Azrul Ananda secara terbuka tidak membuka ruang bagi apparel yang akan masuk. Persebaya bertekad memakai jersey lokal buatan sendiri dengan brand milik Azrul yakni AZA untuk mengarungi Liga 2 2017 saat itu.

Waktu itu, Azrul sempat membeberkan bahwa ada banyak brand ternama ingin menjadi apparel resmi Persebaya. Namun setelah mempelajari berbagai penawaran, melihat situasi di tim lain sekaligus mengingat pengalaman dirinya di bidang olahraga, akhirnya memutuskan untuk mengembangkan sendiri jersey Persebaya.

Diketahui, Azrul memang berpengalaman dalam bidang perlengkapan olahraga mulai dari sepatu hingga pakaian. Namun, waktu itu ia fokus di basker. Nah, setelah menahkodai tim kebanggaan Bonek dan Bonita inilah, ia ingin mengaplikasikan AZA ke Persebaya. Sejumlah eksperimen untuk jersey Persebaya dilakukan.

Hasilnya, jersey tersebut diklaim menggunakan teknologi tinggi. Motif “croco” atau kulit buaya sudah terbentuk sejak proses pembuatan kain. Bukan hasil print atau sublimasi. Kainnya pun dibuat dengan material terbaik, ringan, sangat cepat kering, plus memiliki sifat anti-ultra violet (UV), anti-odor (bau), dan anti-bacterial.

Dengan jersey buatan sendiri itu, Persebaya ternyata menjuarai Liga 2. Setelah mengalahkan PSMS Medan dengan skor 2 - 3 saat babak final di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Kepercayaan diri Persebaya di kasta tertinggi untuk menggunakan jersey apparel AZA pun kian menguat.

Jersey Liga 1 2018 pun diperkenalkan saat laga uji coba Persebaya melawan Serawak FA di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Khusus untuk jersey home dan away, Persebaya mempertahankan detail kain bermotif kulit buaya alias croco. Bahannya dibuat dengan material terbaik, ringan, dan sangat cepat kering, plus memiliki sifat anti-ultra violet (UV), anti-odor (bau) serta anti-bacterial.

Model motif croco ini berlanjut pada Liga 1 musim 2019. Bedanya, pada musim ini AZA menambahkan bahan microdot yang memiliki pori-pori lebih besar. Logo Persebaya terbuat dari emblem 3D. Terdalat flat knit rib pada bagian kerah dan lengan. 

Berlanjut ke musim kompetisi Liga 1 2020/2021, Persebaya mempertahankan motif croco.Jersey home yang diproduksi AZA apparel itu berwarna kombinasi hijau dan kuning. Sedangkan, jersey away berwarna putih dengan motif Suro atau Ikan Hiu.

Berlanjut di musim kompetisi 2021/2022 tidak lagi memakai motif kain croco. Nah, motif kain yang dipakai kali ini ialah microdot. Tampilannya dibuat elegan dengan potongan lebih sederhana. Elegan itu tampak dari permukaan jersey yang menggabungkan beberapa landmark terkenal di Kota Pahlawan. 

Tercatat dengan jelas, ada gambar Tugu Pahlawan yang ditempatkan di tengah jersey. Selain itu, motif jersey juga mencakup Monumen Jalesveva Jayamahe, Bambu Runcing, serta patung Suro dan Boyo yang menjadi ikon Surabaya.

Memasuki musim 2022/2023, AZA apparel membuat desain lebih polos. Tidak lagi menampilkan siluet Kota Pahlawan. Jersey away Persebaya juga tidak berwarna putih, tetapi abu-abu. Selanjutnya 2023/2024, terdapat ornamen relief sabuk api Tugu Pahlawan di jersey Persebaya.

Sejumlah inovasi dan desain yang diaplikasi AZA apparel untuk jersey Persebaya ini merupakan wujud nyata pembuktian Azrul kepada publik. Sejak di Liga 2, Azrul ingin menunjukkan bahwa industri olahraga di Indonesia sangat mampu bersaing kualitasnya dengan apparel ternama luar negeri.

"Dengan jersey ini, Persebaya menunjukkan kalau di Indonesia ada klub yang bukan hanya dikelola secara profesional, tapi juga berperan aktif dalam mengembangkan teknologi di industri olahraga," ungkapnya saat 2017 lalu.

Senada dengan Azrul, Pengamat Persebaya, Dhion Prasetya mengungkap bahwa dalam sejarah Persebaya, jersey Bajul Ijo selalu ikonik dan bermerk. Maka tak heran menurutnya, jika ada tanggung jawab moral yang besar ketika AZA apparel sejak awal punya niatan membuat jersey untuk Persebaya. Ternyata hasilnya memuaskan.

"Dalam sejarah di sepak bola nasional, jersey Persebaya selalu ikonik dan ber-merk. Bahkan memasuki dekade tahun 90-an selalu yang terbaik di kelasnya," ungkapnya.

Sementara untuk kualitas jersey AZA, Dhion menyebut di level jersey player issue, sejauh ini unggul di kualitas dan desain. Risetnya jalan dan tidak anti terhadap kritikan. 

"Saya masih ingat ketika awal-awal secara resmi AZA menjadi official jersey Persebaya di tahun 2018, kritikan juga melayang dari konsumen. Alih-alih anti terhadap kritik, kritikan ini diperhatikan juga untuk perbaikan di musim-musim selanjutnya," beber Dhion.

Dhion pun menyenggol jersey Timnas Indonesia dengan apparel Erspo. Menurutnya, kualitas Erspo masih jauh dari AZA. Ia menilai, desain jersey Erspo untuk Timnas Indonesia terlihat biasa saja. Apapun filosofi yang diceritakan dari desainernya. 

"Padahal jersey ini diperuntukkan untuk level tertinggi, Timnas. Sudah banyak keluhan dari penggunanya. Mulai dari tak menyerap keringat hingga logo Garuda yang memudar usai dicuci. Ini jelas harus dibenahi, setidaknya mulai dari hal yang sepele dahulu, quality control," pesan Dhion.

Baca Juga: Arema FC Sejak 2019 Pakai Jersey Produksi Mandiri

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya