Gugurnya Tabebuya Ternyata Gak Bagus untuk Lingkungan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Keindahan bunga Tabebuya menjadi daya tarik kota Surabaya. Ketika tanaman tersebut mekar dan berguguran, Kota Pahlawan tidak kalah indah dari Jepang. Warga pun antusias berfoto dengan tanaman yang dijuluki “Sakura Jowo” itu.
Di samping keindahannya, ternyata pohon Tabebuya memiliki dampak negatif untuk lingkungan. “Itu (Tabebuya) dari keindahan oke, tapi untuk lingkungannya itu gak oke,” kata dosen teknik lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Irwan Bagyo Santoso, kepada IDN Times di kantornya, Rabu (20/11).
Waduh, apa tuh efek negatif dari Tabebuya untuk lingkungan?
1. Pohon bermanfaat untuk menyerap Co2 dan partikulat
Irwan menjelaskan, salah satu fungsi pohon adalah menyerap Karbon dioksida (Co2) dan partikulat hasil kendaraan bermotor. Sebaliknya, jika jumlah pohon berkurang maka akan mengurangi jumlah yang terserap.
“Salah satu fungsi pohon yaitu mengendalikan perubahan temperatur atau suhu bumi. Karena seiring penyerapan Co2, efeknya temperatur juga akan menurun,” terang dia.
2. Karakter pohon yang optimal menyerap Co2
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa pohon memiliki banyak fungsi, ada fungsi rekreasi, komersil, dan lingkungan. Tumbuhan dengan nilai lingkungan optimal adalah pohon yang daunnya tidak gampang berguguran. Sebaliknya, Tabebuya yang bermekaran menandakan bahwa tumbuhan tersebut akan berguguran.
“Kalau dari serapan Co2, harus dipilih tanaman yang pertumbuhan akar cepat dan jangan yang daunnya banyak berguguran. Daun itu kan punya bulu-bulu kecil yang menyerap Co2 dan partikulat. Kalau daunnya gugur, itukan jadi dekomposisi, sehingga terbuang lagi Co2 ke udara,” papar Irwan.
Baca Juga: [FOTO] Tabebuya Berbunga Lagi di Surabaya, Bikin Hati Adem
3. Surabaya membutuhkan lebih banyak pohon
Irwan mendapatkan gelar doktornya dari ITS setelah meneliti tentang penyerapan Co2 di Surabaya. Secara umum, menurutnya, Surabaya membutuhkan lebih banyak pohon untuk menekan suhu udara.
“RTH (ruang terbuka hijau) publik di Surabaya sudah bagus, sudah sesuai dengan aturan dari pusat. Tapi, secara umum, Co2 di Surabaya masih positif, artinya masih butuh banyak pohon untuk menyerap Co2. Semakin banyak pohon, otomatis suhu udara juga berkurang,” tutup dia.
Baca Juga: Bunga Tabebuya, Sakura Surabaya yang Tiap Tahun Terus Ditambah