Mengenal Sesar Kendeng, Patahan yang Pernah Picu Gempa di Surabaya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat pada Sabtu, (3/7/2021) terjadi gempa dengan magnitudo 3 di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Meski tak dirasakan, peristiwa ini menjadi pertanda yang harus diwaspadai.
"Jadi kemarin terjadi gempa di Ngimbang (Lamongan) itu tanda Sesar Kendeng aktif," ujar pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr. Ir. Amien Widodo saat dihubungi, Senin (6/6/2021).
Lantas apa sebenarnya sesar atau patahan kendeng ini?
1. Sesar ini melintang dari Surabaya hingga Madiun bagian utara
Sesar Kendeng ini terdiri dari kumpulan sesar-sesar naik dan lipatan-lipatan yang dapat diamati dari adanya anomali Bouguer di daerah ini. Khusus di Jatim, sesar Kendeng sendiri melewati Surabaya, Sidoarjo utara, Mojokerto utara, Jombang utara, Madiun utara sampai Cepu.
"Berarti di tengah-tengah. Memanjang di bagian tengah. Arahnya barat timur. Karena dia aktif, dia bergerak. Sehingga muncul gempa-gempa kecil itu," papar Amien.
Sesar Kendeng, menurut dia, dibagi menjadi beberapa segmen. Amien menyebut ada empat potongan, yakni Sesar Waru, Sesar Surabaya, Sesar Jombang yang melewati Ngimbang Lamongan, kemudian Sesar Cepu.
"Ada gempa-gempa dangkal berukuran kecil dan sedang dengan magnitudo 4-5 yang terjadi di sepanjang zona sesar ini dalam beberapa tahun terakhir. Bisa dicek di BMKG," ia menambahkan.
2. Pergerakan sesar Kendeng pernah timbulkan gempa di Surabaya
Kondisi ini, kata dia, mengingatkan bahwa Surabaya tidak sepenuhnya aman dari gempa bumi. Meski letaknya jauh dari gunung berapi. Amien menyebut, Kota Pahlawan dilewati dua sesar berpotensi gempa, yaitu Sesar Surabaya dan Sesar Waru.
Apalagi berdasarkan catatan sejarah kegempaan, Amien menuturkan, jalur Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempa bumi di Jawa Timur. Gempa itu terjadi antara lain di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915) dan Surabaya (1867).
"Salah satunya Gereja Santa Perawan di Morokrembangan. Gereja Merah dan direhabilitasi gereja yang retak karena gempa tahun 1867," jelas Amien.
Baca Juga: Gempa Blitar Dimutakhirkan Jadi M 5,9, Terjadi 2 Kali Gempa Susulan
3. Amien minta pemerintah lakukan penelitian
Karena sesar ini bisa menimbulkan gempa dan itu bisa terjadi di darat, Amien menyarankan pada pemerintah untuk segera melakukan penelitian. Harapannya, kerusakan akibat gempa bisa diminimalisir.
"Memang belum pernah (pemerintah gandeng penelitian), sudah disosiliasikan cuman memang belum direspons. Sekarang COVID-19, semua dana dialihkan ke sana," pungkasnya.
4. Ada bukti pergerakan, BMKG sempat sebar seismograf di beberapa titik yang dilewati sesar Kendeng
Keberadaan sesar aktif ini sendiri juga pernah menjadi sorotan berbagai pihak. Penelitian Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyebut ada bukti pergerakan sesar Kendeng yang menyebabkan pergeseran lapisan tanah sampai sekitar 2 meter.
Berbekal riset tersebut, pada tahun 2019, BMKKG menyebar alat pengukur gempa atau seismograf di sepanjang jalur Sesar Kendeng. Rinciannya, di Bojonegoro ada dua. Sisanya diletakkan di Sidoarjo, Tuban, Pasuruan, Lumajang, Jember, Kediri, serta Bangkalan.
Baca Juga: Sesar Kendeng Membentang Rembang-Surabaya, BMKG Tambah 13 Seismograf