Magetan, IDN Times – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menanggapi gelombang protes dari keluarga korban terkait proses pencarian santri yang tertimbun reruntuhan Musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Kabupaten Sidoarjo. Aksi protes itu terjadi pada hari kelima pencarian, Jumat (3/10/2025), setelah keluarga menilai tim gabungan bekerja lamban dalam melakukan evakuasi.
Ditemui usai ziarah ke Makam Gubernur Suryo di Kelurahan Selosari, Kecamatan/Kabupaten Magetan, Minggu (5/10/2025), Khofifah meminta publik memahami bahwa operasi penyelamatan tak bisa dilakukan tergesa-gesa. Ia menegaskan, seluruh proses berjalan secara profesional dan hati-hati.
"Ini sudah dikerjakan tim yang sangat profesional. Tetapi perlu diketahui, tidak bisa secepat yang diharapkan karena ini bukan mengambil bongkahan,” ujar Khofifah kepada wartawan.
Khofifah menjelaskan, tim yang diterjunkan mencakup Basarnas, BNPB, hingga akademisi dari kampus ternama yang berpengalaman dalam penanganan bencana. Sejak peristiwa ambruknya musala pada Senin (29/9/2025), pemerintah provinsi telah menyiapkan dukungan penuh berupa alat berat, lampu penerangan berkapasitas tinggi, hingga logistik untuk tim lapangan.
"Tidak sesederhana itu. Hingga hari ketiga baru digunakan alat berat karena penggunaannya memerlukan kehati-hatian agar tidak membahayakan korban di bawah reruntuhan," jelas mantan Menteri Sosial itu.
Khofifah juga memastikan, biaya perawatan korban luka di RSUD Sidoarjo sepenuhnya ditanggung oleh Pemprov Jawa Timur.
"Sekali lagi, ini bukan sekadar mengambil bongkahan. Yang dilakukan adalah membuka akses agar aman dan tidak menimbulkan risiko baru,” tegasnya.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa tim DVI Postmortem, bersama Polda Jawa Timur dan Mabes Polri, masih terus bekerja mengidentifikasi jenazah korban. Hingga Sabtu malam, tiga jenazah sudah berhasil diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga masing-masing.
"Saya termasuk yang ikut melepas penyerahan tiga jenazah kepada wali santri," pungkas Khofifah.