Ilustrasi peternakan sapi. IDN Times/Istimewa
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi drh. Nanang Sugiarto mengatakan, hingga saat ini, di Banyuwangi belum ada laporan ditemukannya penularan PMK. Ia sendiri sudah mengetahui ada lonjakan harga jual sapi di kalangan pedagang.
"Terkait hal ini, kami mengimbau agar warga tidak panik untuk menjual ternaknya (panic selling). Kasus ini belum ditemukan di Banyuwangi, walaupun ternak di sejumlah daerah di Jatim sudah ada yang terinfeksi,” jelasnya.
Saat ini pihaknya telah melakukan sejumlah langkah untuk mencegah masuknya penyakit yang menyerang hewan ternak sapi maupun kambing.
Di antaranya melakukan surveilans dan deteksi dini pada hewan ternak di daerah-daerah kantong ternak, pedagang ternak, pasar hewan, serta ternak milik warga.
"Kami menerjunkan tim gabungan dari dinas terkait, petugas lapang kecamatan, Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Banyuwangi, hingga Fakultas Kedokteran Hewan Unair.
Tim ini keliling setiap hari ke desa-desa, terutama pasar hewan dan daerah perbatasan. Seperti di Kalibaru dan Wongsorejo yang merupakan pintu masuk lalu lintas ternak dari daerah lain," jelasnya.
PMK merupakan penyakit yang disebabkan oleh Foot and Mouth Disease Virus (FMDV). Ini merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100%.
"Namun penyakit ini tidak menular ke manusia, melainkan menular ke sesama hewan saja,” jelasnya.