Produksi tas bahan batik. IDN Times/Zainul Arifin
Hingga saat ini, Nunuk menyebut nilai barang hasil produksi di galerinya mencapai Rp250 juta. Terdiri dari batik kulit, batik tulis, dan lainnya. Batik itu ia pasarkan melalui teman, instansi pemerintah, dan media sosial.
"Saya mandiri tidak ada pembinaan. Saya pasarkan lewat teman, instansi, dan di medsos. Promosi juga menggandeng Guk dan Yuk Jombang. Walaupun tidak membeli, tetapi paling tidak orang-orang tahu jika ada batik produk lokal khas Jombang," tuturnya.
Ia mengaku, semenjak pandemik COVID-19, pendapatannya mengalami penurunan drastis. Sebelum ada wabah coronya omzet per bulan mencapai Rp40 juta lebih. Namun, dalam empat bulan, omzetnya hanya kisaran Rp6 juta.
"Saya memahami adanya virus corona ini orang lebih mementingkan pada kebutuhan pokok dan memang ekonomi sulit. Untuk itu saya tidak menargetkan penghasilan tiap bulannya. Yang terpenting, saya akan terus berinovasi mengembangkan batik ini," harapnya.