Ilustrasi jenazah. (IDN Times/Mia Amalia)
Nurul menceritakan jika memang sulit menerima orang yang merelakan tubuhnya untuk dipergunakan sebagai sarana pendidikan di perkuliahan. Pasalnya, donor jenazah masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia. Sedangkan mempelajari anatomi tubuh manusia dengan menggunakan gambar sangat berbeda dibandingkan dengan melakukan pengamatan langsung dengan tubuh asli.
"Biasanya donor di Indonesia belum umum, karena belum menjadi bagian dari kebiasaan atau tradisi atau bahkan belum menjadi bagian dari pola hidup. Artinya itu sifatnya hanya berdasarkan kesadaran masing-masing, mereka akan dinor kalau merasa ada manfaat, tapi kalau tidak merasa ada manfaat maka tidak akan donor," terangnya saat dikonfirmasi pada Kamis (12/10/2023).
Khusus untuk kasus Hana, Nurul menjelaskan jika UB memiliki kedekatan dengan Hana dan suaminya, Soesanto (77). Hal inilah yang membuat pasangan suami istri ini akan mendonorkan tubuhnya untuk kepentingan pendidikan. UB telah menerima tubuh Hana yang meninggal pada Kamis (5/10/2023) pukul 23.00 WIB, sementara Soesanto juga akan mendonorkan tubuhnya saat ia meninggal nanti.
"Kalau itu (donor jenazah) berangkatnya dari kesadaran individu. Maka itu bergantung pada keyakinan. Semacam perkembangan prinsip-prinsip hidup dan itu biasanya dari komunitasnya masing-masing. Kalau dari Ibu Hana dan Pak Soesanto itu memang ide dari keduanya sendiri," bebernya.