Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Kebun Raya Mangrove Surabaya. (Dok. Diskominfo Kota Surabaya)
Ilustrasi Kebun Raya Mangrove Surabaya. (Dok. Diskominfo Kota Surabaya)

Intinya sih...

  • Kunjungan wisata alam di Surabaya meningkat, terutama di Kebun Raya Mangrove (KRM) dengan 86.021 pengunjung pada tahun 2025.

  • KRM Surabaya mencakup wilayah Gunung Anyar, Medokan Sawah, dan Wonorejo dengan total luas sekitar 34 hektar.

  • Peningkatan kunjungan sejalan dengan pengembangan fasilitas edukasi dan rekreasi alam yang ramah lingkungan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Kunjungan wisata alam di Kota Surabaya menunjukkan tren positif, salah satunya wisata alam Kebun Raya Mangrove (KRM). Di tahun 2025, jumlah wisatawan di KRM Surabaya mencapai 86.021 orang pada periode Januari hingga 21 Desember 2025.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DPKP) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, mengatakan Kebun Raya Mangrove Surabaya mencakup wilayah Gunung Anyar, Medokan Sawah, dan Wonorejo dengan total luas sekitar 34 hektar. "Kebun Raya Mangrove Surabaya adalah kawasan konservasi ekosistem mangrove yang dikembangkan sebagai pusat pelestarian keanekaragaman hayati, pendidikan lingkungan, riset ilmiah, dan ekowisata," kata Antiek, Selasa (23/12/2025).

Berdasarkan data UPT Kebun Raya Mangrove, KRM Gunung Anyar menjadi kawasan dengan kunjungan tertinggi. Jumlah pengunjung di lokasi tersebut mencapai 72.804 orang, dengan puncak kunjungan terjadi pada April sebanyak 8.979 orang, Mei 8.478 orang, dan Juni 8.160 orang. Sementara itu, KRM Wonorejo mencatat total 13.217 pengunjung, dengan rata-rata sekitar 1.000 orang per bulan.

Antiek menjelaskan, peningkatan kunjungan tersebut sejalan dengan pengembangan fasilitas yang dilakukan secara bertahap, dengan tetap mengedepankan prinsip keselamatan dan kelestarian lingkungan. Terlebih, ada fasilitas edukasi dan rekreasi alam yang telah disediakan.

"Kebun Raya Mangrove Surabaya dikembangkan sebagai kawasan konservasi yang juga menyediakan fasilitas pendukung edukasi dan rekreasi alam secara terbatas, ramah lingkungan, dan terkelola," tuturnya.

Di kawasan KRM Gunung Anyar, fasilitas yang dapat dimanfaatkan pengunjung antara lain golf car, sepeda listrik, sepeda angin, wahana ATV hingga perahu wisata. Selain itu, ada pula fasilitas berupa bebek air, jogging track, kolam ikan terapi, playground, aviary, menara pantau, serta sejumlah spot foto tematik.

Sementara di KRM Wonorejo, fasilitas disesuaikan dengan daya dukung kawasan, seperti jogging track sisi barat dan timur, playground, kolam ikan terapi, dan spot foto edukatif. "Pengembangan fasilitas di kawasan Wonorejo dilakukan secara bertahap dan proporsional. Hal ini sejalan dengan fungsi utama kawasan sebagai kebun raya serta peningkatan jumlah pengunjung," kata Antiek.

Terkait tarif masuk, Antiek menegaskan bahwa penerapan retribusi di Kebun Raya Mangrove Surabaya telah memiliki dasar hukum. "Penetapan besaran retribusi di KRM Surabaya dilaksanakan berdasarkan Peraturan Wali Kota (Perwali) Surabaya Nomor 26 Tahun 2025 tentang Retribusi Daerah," jelasnya.

Selain fasilitas dan kunjungan, pengelolaan Kebun Raya Mangrove juga melibatkan warga sekitar, seperti Medokan Ayu, Gunung Anyar Tambak, Rungkut, hingga Wonorejo. Saat ini terdapat 20 pelaku UMKM makanan dan minuman (Mamin) yang meliputi 15 UMKM Gunung Anyar dan 5 UMKM Medokan Ayu.

Data UPT Kebun Raya Mangrove mencatat omzet para pelaku UMKM hingga November 2025, mencapai total Rp605.262.500. Dengan rincian, 15 UMKM Gunung Anyar sebesar Rp575.854.500, dan 5 UMKM Medokan Ayu sebesar Rp29.408.000.

Meski demikian, Antiek menekankan Kebun Raya Mangrove Wonorejo memiliki mandat khusus sebagai kebun raya dan tidak dapat disamakan dengan kawasan ekowisata mangrove lain. "Kebun Raya Mangrove Wonorejo merupakan kawasan yang berdiri sendiri dan terpisah secara fungsi, pengelolaan, serta penetapan kelembagaan dari kawasan ekowisata mangrove lain yang berada di wilayah Wonorejo dan sekitarnya," paparnya.

Ia juga menegaskan seluruh aktivitas di kawasan KRM dijalankan berdasarkan prinsip kebun raya dan standar konservasi. Oleh karenanya, informasi yang menyamakan KRM Wonorejo dengan wisata mangrove komersial perlu diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

"Kebun Raya Mangrove Wonorejo memiliki mandat khusus sebagai kebun raya, dengan fokus utama pada konservasi ex situ dan in situ, penelitian ilmiah, pendidikan lingkungan, serta pengembangan koleksi tanaman mangrove yang terdokumentasi secara ilmiah," terangnya.

Ke depan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui UPT Kebun Raya Mangrove akan melanjutkan pengembangan kawasan secara bertahap dengan prioritas di Gunung Anyar dan Medokan Ayu, tanpa menghentikan penguatan fungsi di Wonorejo. "Jadi pengembangan Kebun Raya Mangrove Wonorejo tetap berjalan dan tidak dihentikan," ujar Antiek.

Tak hanya itu, Antiek juga memastikan pengaktifan kembali UMKM di KRM Wonorejo akan dilakukan secara bertahap seiring peningkatan kunjungan dan kesiapan layanan. "Langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari komitmen UPT Kebun Raya Mangrove dalam memastikan seluruh kawasan kebun raya berkembang secara berimbang, berkelanjutan, dan memberikan manfaat ekologis, sosial, serta ekonomi bagi masyarakat," pungkas Antiek.

Editorial Team