Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Riyanto
Para siswa yang sakit diduga keracunan MBG dirawat di Puskesmas Mantingan Ngawi. IDN Times/Riyanto.

Intinya sih...

  • Pemkab Ngawi evaluasi total: Bupati Ngawi dan Kepala Satgas MBG melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang, memperketat standar operasional SPPG.

  • Siswa trauma, MBG dihentikan: Distribusi menu MBG di sekolah-sekolah dihentikan, siswa membawa bekal atau membeli makanan di kantin.

  • SPPG ditutup, 50 karyawan dirumahkan: SPPG yang memproduksi makanan MBG masih ditutup sementara, 50 karyawan harus dirumahkan hingga mendapatkan sertifikat keamanan pangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ngawi, IDN Times – Penyebab keracunan massal yang menimpa puluhan siswa di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, akhirnya terkuak. Dua menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) terbukti terkontaminasi zat kimia nitrit berdasarkan hasil uji laboratorium.

Temuan ini disampaikan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Surabaya dan diterima Dinas Kesehatan Ngawi pada Rabu (10/12/2025). Dua makanan yang dinyatakan positif mengandung bakteri tersebut adalah acar, wortel, labu serta pisang yang disajikan dalam paket MBG pada 26 November 2025.

Sebelumnya, insiden ini membuat 87 siswa dari jenjang SD, SMP, hingga SMA Negeri di Kedunggalar dilarikan ke Puskesmas Gemarang karena mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG. Para siswa mengalami mual, muntah, pusing, dan sebagian harus mendapatkan penanganan medis intensif sebelum akhirnya diperbolehkan pulang.

1. Pemkab Ngawi evaluasi total

Menu makanan mengandung bakteri nitrit. IDN Times/Riyanto.

Bupati Ngawi sekaligus Kepala Satgas MBG, Ony Anwar Harsono, menegaskan pihaknya langsung melakukan evaluasi menyeluruh agar insiden serupa tidak kembali terjadi.

“Hasil lab yang menemukan dua jenis menu makanan mengandung nitrit akan kita jadikan bahan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi,” tegas Ony.

Ia menginstruksikan seluruh pengelola Sentra Penyedia Program Gizi (SPPG) untuk memperketat standar operasional, mulai dari pemilihan bahan baku, proses pengolahan dan pemasakan, hingga penyajian dan distribusi makanan ke sekolah.

2. Siswa trauma, MBG dihentikan

Susana Puskesmas Mantingan Ngawi penuh sesak siswa diduga keracunan MBG. IDN Times/Istimewa.

Paska kejadian, distribusi menu MBG di sekolah-sekolah sekitar langsung dihentikan. Para siswa kembali membawa bekal atau membeli makanan di kantin.

“Sejak keracunan, sudah tidak ada kiriman MBG. Siswa di sini bawa bekal. Saya pribadi tidak mau makan MBG dulu,” ujar Fiona Adelia Firmansyah, siswi SMPN 2 Kedunggalar.

3. SPPG ditutup, 50 karyawan dirumahkan

SPPG di Desa Kawu yang memproduksi dan menyalurkan makanan MBG untuk wilayah tersebut hingga kini masih ditutup sementara oleh BGN. IDN Times/Riyanto.

SPPG di Desa Kawu yang memproduksi dan menyalurkan makanan MBG untuk wilayah tersebut hingga kini masih ditutup sementara oleh BGN. Akibatnya, 50 karyawan harus dirumahkan sampai SPPG dinyatakan memenuhi standar keamanan pangan.

SPPG baru boleh kembali beroperasi setelah mengantongi Sertifikat Laik Higienis Sanitasi (SLHS) sebagai jaminan bahwa proses produksi makanan telah sesuai standar keamanan pangan.

Kasus ini menjadi catatan penting bagi pemerintah pusat hingga daerah untuk memastikan program MBG benar-benar aman dan layak dikonsumsi, agar tujuan baiknya tidak berubah menjadi ancaman bagi kesehatan siswa.

Editorial Team