Aktivis Detektif Sungai melihat pencemaran Mikroplastik. (Dok. Ecoton)
Peneliti Ecoton, Rafika Aprilianti mengatakan, Domik pertama kali diterbangkan di Kabupaten Sidoarjo dan Gresik. Kemudian Kota Kediri. Dalam prosesnya, Domik menangkap partikel mikroplastik dengan jenis fiber, filamen dan fragmen.
"Hasilnya, udara di Kabupaten Sidoarjo paling terkontaminasi mikroplastik, disusul Kota Kediri dan Kabupaten Gresik," ujarnya, Minggu (7/7/2024).
Lebih lanjut, berdasarkan hasil data penelitian Ecoton dan Detektif Sungai, kelimpahan mikroplastik udara pada ketinggian 20 meter, Sidoarjo 120 partikel per jam. Disusul Kota Kediri 90 partilel per jam dan Kabupaten Gresik 78 partikel per jam.
"Temuan mkroplastik yang terdeteksi di udara pada ketinggian 20 meter, mengonfirmasi kekhawatiran tentang dampak buruk pencemaran plastik, terutama karena mikroplastik yang ada di udara berpotensi turun ke permukaan bumi dan terhirup oleh manusia," katanya.
Rafika menyebut, kandungan mikroplastik di udara ini dampak dari pembakaran sampah plastik. Kemudian abasi dari ban kendaraan di jalan raya. Pemakaian dan pembuangan produk plastik sehari-hari, proses industri yang melibatkan plastik serta degradasi material plastik di lingkungan.
"Partikel-partikel ini dapat terdispersi melalui angin dan fenomena atmosfer lainnya. Sehingga tersebar luas dan bahkan mencapai daerah yang jauh dari sumber pencemaran. Masalah utama adanya mikroplastik di udara adalah dari pembakaran sampah yang masih massif di Indonesia," terangnya.