Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tantangan Petani: Wujudkan Swasembada Pangan di Tengah Beras Oplosan

Ilustrasi petani sedang menanam. (Pexels.com/Rattasat)
Intinya sih...
  • Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur mendapat pesan khusus dari Gubernur Khofifah Indar Parawansa untuk mewujudkan swasembada pangan.
  • HKTI fokus pada penyediaan bibit unggul untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan tebu, serta mendorong program inseminasi buatan untuk sapi lokal.
  • HKTI mendukung langkah-langkah hukum untuk menuntaskan persoalan beras oplosan, sambil fokus pada upaya menjamin ketersediaan pangan sehat bagi masyarakat.

Surabaya, IDN Times - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur (Jatim) mendapatkan pesan khusus dari Gubernur Khofifah Indar Parawansa untuk mewujudkan swasembada pangan, sebagaimana program Presiden Prabowo Subianto. Namun di tengah target itu, ada isu beras oplosan yang menghantui para petani dan masyarakat.

Ketua Umum HKTI Jatim, Arum Sabil, mengatakan terkait swasembada pangan, pihaknya akan terus berfokus pada penyediaan bibit unggul untuk meningkatkan produktivitas. Tak hanya pada beras, tapi juga tebu.

"Kalau tanaman pangan ya bibit unggul. Kalau tebu varietas unggul. Untuk peternakan, kita berupaya regenerasi bibit unggul, karena tantangannya masih soal inses,” ujarnya usai pelantikan HKTI se-Jatim di Surabaya, Kamis (24/7/2025).

Di bidang peternakan, lanjut Arum, HKTI juga mendorong program inseminasi buatan untuk meningkatkan kualitas genetika sapi lokal. Arum menjelaskan, impor sapi pun harus memberikan manfaat ganda.

"Kalau impor dara bunting, kita bisa perbaiki genetika, dan itu membantu peternak juga dalam jangka panjang,” katanya.

Lebih lanjut, Arum menyebutkan pentingnya sinkronisasi birahi dalam proses inseminasi. Program ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan keberhasilan pengembangbiakan sapi. “Kita perlu pemantauan serentak, sehingga umur dan kesiapan sapi bisa dikontrol lebih baik,” jelasnya.

Dengan kerja sama berbagai pihak, khususnya dukungan dari pemerintah provinsi dan pusat, HKTI optimistis Jawa Timur akan terus menjadi tulang punggung kedaulatan pangan nasional.

Sementara untuk mengatasi beras oplosan, Arum menegaskan bahwa pihaknya turut berperan memberikan informasi dan masukan terkait dugaan tersebut. "Ya, beras oplosan itu kami semua tentu ikut menjadi bagian yang memberikan info dan masukan, tapi ini sudah menjadi ranah penegak hukum," katanya.

Arum menambahkan, HKTI saat ini fokus pada upaya menjamin ketersediaan pangan sehat bagi masyarakat. Hal ini, menurutnya, lebih penting untuk menjaga ketahanan pangan dalam jangka panjang.

"Tugas HKTI sekarang adalah bagaimana bisa menyiapkan pangan yang sehat untuk masyarakat,” katanya. HKTI mendukung penuh langkah-langkah hukum untuk menuntaskan persoalan tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Khofifah optimistis kalau swasembada pangan dapat tercapai di Jatim. Karena posisi saat ini, Jawa Timur menjadi provinsi dengan luas tambah tanam (LTT) terbesar secara nasional tak lepas dari peran petani dan kelompok tani yang tergabung dalam HKTI.

Khofifah juga memaparkan bahwa produksi padi Jawa Timur konsisten tertinggi di Indonesia sejak tahun 2020 hingga semester pertama 2025. “Ini berkat komitmen panjenengan semua,” katanya.

Untuk menunjang itu semua, Khofifah menjelaskan, pemerintah pusat telah menanggapi keluhan petani soal harga gabah dengan menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) minimal Rp6.500 per kilogram, bahkan saat ini rata-rata sudah tembus Rp7.000 per kilogram.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us