Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. (IDN Times/Khusnul Hasana).
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Surabaya, IDN Times - Kota Surabaya telah disiapkan untuk dapat meraih Kota Layak Anak (KLA) Paripurna, yakni penghargaan tertinggi untuk kota layak anak. Namun penghargaan itu pun gagal diraih. Hal ini disebut karena tim penilai menemukan anak terlantar saat berkunjung ke Surabaya. 

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, dalam penilaian KLA, Kota Surabaya mendapat nilai tertinggi yakni 895 poin. Untuk meraih KLA Paripurna, Surabaya harus meraih 900 sampai 1.000 poin. Sementara hingga saat ini belum ada daerah mendapatkan penghargaan tertinggi itu. 

"Kita tinggal 5 poin untuk mendapatkan itu (KLA Paripurna)," ujar Eri, Senin (24/7/2023). 

1. Ditemukan anak terlantar jadi penilaian KemenPPA RI

Kota Surabaya dari udara. Humas Pemkot Surabaya.

Eri menyebut, salah satu faktor Surabaya belum mendapatkan KLA Paripurna karena masih ditemukannya anak terlantar. Faktor itulah yang disebut menjadi salah satu penilaian Kementrian Perlindungan Perempuan dan Anak (KemenPPA) RI. 

"Iya (ditemukan anak terlantar), salah satu penilaiannya itu, saya sebenernya gak peduli penghargaan itu, tapi saya bilang ke temen-temen pengharagaan apapun tidak menjadi dasar kita," kata Eri. 

2. Anak terlantar bukan warga Surabaya

Gemerlap Kota Surabaya tampak dari udara. (Dok. Diskominfo Surabaya)

Anak terlantar itu disebut Eri bukan merupakan warga Surabaya, melainkan warga luar Surabaya yang dibawa orangtuanya untuk mengemis hingga mengamen. Warga luar kota yang datang mencari penghidupan itu lah yang kemudian menjadi beban pemerintah kota. 

"Kemarin seperti di Pucang orang non Surabaya, pengamen dipulangkan. Tapi kalau dinilai dan menjadi beban Surabaya ya saya gak mau. Silakan berkata apa, tapi saya hadir untuk orang Surabaya. Kalau semua pindah baru sebulan dua bulan minta bantuan nasib wargaku gimana," jelas dia. 

Eri pun akan datang ke Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dirjen Dukcapil) Kemendagri RI untuk berkonsultasi soal aturan warga luar daerah yang meminta bantuan. 

"Jangan bilang warga Surabaya kalau KK nya nunut karena ternyata Dirjendukcapil itu bisa pindah KK kalau punya rumah,"  terang Eri.

3. Semua anak di Surabaya tetap mendapat perhatian

SIAREK FAS, Podcast untuk ruang anak Surabaya sampaikan pendapat. (Dok. Diskominfo Kota Surabaya)

Namun, bukan berarti, ketika ada anak luar kota terlantar Pemkot lantas membiarkan begitu saja. Dirinya akan berkordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan daerah asal untuk mengatasi masalah ini. 

"Yang non Surabaya meminta bantuan ke pemkot akan saya sinergikan dengan provinsi," ungkap dia. 

Namun demikian, Eri mengaku tak peduli dengan penghargaan yang ada. Yang paling penting bagaimana Surabaya menjadi kota yang bebas dari kekerasan anak hingga bullying. 

"Saya sampaikan, bahwa ada atau tidak ada penghargaan, mau dikasih atau tidak, sejatinya pemerintah dan DPRD tidak memikirkan itu. Tapi bagaimana kita mengurangi kekerasan anak, tidak ada bully di sekolah," pungkas dia. 

Editorial Team