Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana pemberangkatan jenazah Mbok Yem ke pemakaman. IDN Times/ Riyanto.
Suasana pemberangkatan jenazah Mbok Yem ke pemakaman. IDN Times/ Riyanto.

Magetan, IDN Times – Suasana haru menyelimuti proses pemakaman Mbok Yem, sosok legendaris pemilik warung tertinggi di Indonesia. Jenazahnya diberangkatkan menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, pada Rabu (23/4/2025), tak lama setelah tiga anaknya tiba di rumah duka.

Sebelumnya, keluarga memutuskan menunda prosesi pemakaman demi menunggu kepulangan ketiga anaknya yang merantau. Namun sayangnya, satu anak Mbok Yem tak sempat hadir lantaran sehari sebelum sang ibunda wafat, ia sudah lebih dulu berangkat ke Kalimantan.

Ratusan pelayat dari berbagai daerah hadir untuk mengantar Mbok Yem ke peristirahatan terakhir. Tangis dan doa mengiringi kepergian sosok yang begitu dicintai pendaki Gunung Lawu.

Fanani, salah satu pelayat asal Ngawi, mengaku mendapat kabar duka dari temannya yang bekerja di kawasan Telaga Sarangan. “Begitu dengar kabar, saya langsung ke sini. Alhamdulillah masih sempat ikut mengantar beliau. Saya hampir selalu mampir makan pecel di warung Mbok Yem setiap naik Gunung Lawu,” tuturnya mengenang.

Mbok Yem, atau Wakiyem, mengembuskan napas terakhir di kediamannya setelah menjalani perawatan di RSU Aisyiyah Ponorogo akibat pneumonia yang dideritanya sejak akhir Maret 2025. Meski sempat membaik dan diperbolehkan rawat jalan, kondisi kesehatannya terus menurun hingga akhirnya wafat.

Warung Mbok Yem yang berdiri di kawasan puncak Gunung Lawu telah menjadi tempat ikonik bagi para pendaki. Selain menawarkan makanan hangat seperti pecel, kehadirannya dianggap sebagai “penolong” bagi mereka yang kedinginan atau kelelahan. 

Sosoknya dikenang bukan hanya karena jualannya, tetapi juga keramahan dan ketulusan yang ia tunjukkan kepada siapa pun yang datang.

Kini, sang legenda telah pergi. Namun kenangan tentang Mbok Yem akan terus hidup dalam hati para pendaki dan warga yang pernah merasakan kehangatan warungnya di puncak Lawu.

Editorial Team