Surabaya, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) resmi mempercepat langkah menuju pembangunan Surabaya Regional Railway Line (SRRL) — proyek jaringan kereta listrik modern yang akan menjadi tulang punggung transportasi publik di kawasan Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan).
Proyek strategis nasional ini akan didanai sebesar 230 juta euro atau sekitar Rp4,1 triliun dari Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), bank pembangunan asal Jerman. Dana tersebut akan digunakan untuk tahap pertama proyek, yang mencakup pembangunan jalur ganda (double track) dan elektrifikasi pada lintasan Surabaya–Sidoarjo sepanjang 27 kilometer.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan proyek SRRL bukan sekadar pembangunan infrastruktur, melainkan transformasi besar terhadap sistem transportasi perkotaan di Jatim.
"SRRL dirancang untuk meningkatkan kapasitas jaringan utama kereta api di wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Dengan pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi, kapasitas angkutan diproyeksikan meningkat hingga tiga kali lipat,” ujar Emil, di Surabaya.
Lebih jauh, Emil menjelaskan bahwa hasil rapat koordinasi bersama KAI memprioritaskan penguatan jaringan KA dan pengembangan kawasan stasiun sebagai pusat transit oriented development (TOD). Artinya, setiap stasiun tidak lagi hanya berfungsi sebagai tempat naik-turun penumpang, tetapi juga sebagai simpul aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat.
"Hasil rapat bersama KAI, nantinya setiap stasiun akan dikembangkan sebagai kawasan TOD. Selain fasilitasnya diperkuat, kita juga akan menyiapkan sistem integrasi transportasi dengan kendaraan feeder seperti bus lokal,” imbuhnya.
Dalam pertemuan tersebut, KAI juga menyampaikan komitmen penuh mendukung pengembangan SRRL, termasuk menambah frekuensi kereta komuter di kawasan aglomerasi Surabaya–Sidoarjo–Gresik. Rencananya, armada baru yang digunakan akan berbasis kereta hybrid, yang bisa beroperasi di dua sistem sekaligus: KRL dan non-KRL.
“Ini akan menjadi lompatan penting bagi transportasi publik kita. Mobilitas warga di wilayah aglomerasi Surabaya Raya akan meningkat signifikan dengan sistem hybrid ini,” tambah Emil.
Tahap awal pembangunan SRRL dijadwalkan dimulai pada 2029, mencakup pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi dari Stasiun Gubeng hingga Stasiun Sidoarjo, serta pembangunan Depo Sidotopo dan perbaikan fasilitas di sejumlah stasiun eksisting.
Proyek ini juga diproyeksikan menjadi model percontohan pengembangan sistem urban railway terintegrasi di Indonesia. Selain meningkatkan efisiensi waktu tempuh dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, SRRL diharapkan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi baru di kawasan metropolitan terbesar kedua setelah Jabodetabek.
"Kita tidak ingin hanya membangun jalur kereta, tapi juga membangun masa depan mobilitas yang modern, terhubung, dan berkelanjutan untuk Jawa Timur,” pungkas Emil.