Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mahasiswa melakukan aksi mengheningkan cipta saat unjuk rasa di depan Balai Kota Malang. IDN Times/Alfi Ramadana
Mahasiswa melakukan aksi mengheningkan cipta saat unjuk rasa di depan Balai Kota Malang. IDN Times/Alfi Ramadana

Malang, IDN Times - Puluhan mahasiswaa yang tergabung dalam Aliansi Suara Rakyat melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota Malang, Senin (14/2/2022). Unjuk rasa tersebut dilakukan sebagai upaya untuk solidaritas terhadap apa yang terjadi di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Mahasiswa mendesak pemerintah bisa segera menghentikan aksi kekerasan pada warga sipil yang terjadi di wilayah tersebut. 

1. Kecam aksi kekerasan yang terjadi di Wadas

Beberapa spanduk kecaman yang dibawa mahasiswa. IDN Times/Alfi Ramadana

Koordinator aksi, Bagas Bagus Sadewo menjelaskan bahwa aksi unjuk rasa tersebut dilakukan sebagai bentuk keprihatinan sekaligus juga mengecam kekerasan di Desa Wadas. Menurutnya, aksi represif oleh polisi tak seharusnya dilakukan kepada masyarakat. 

"Ini adalah upaya kami untuk membantu mereka. Sudah jelas bahwa aksi represif tersebut tidak boleh terjadi pada warga Wadas," paparnya Senin (14/2/2022). 

2. Peristiwa tersebut mengubah kehidupan warga Wadas

Puluhan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa menentang kekerasan di Desa Wadas. IDN Times/Alfi Ramadana

Lebih jauh, Bagas menilai bahwa peristiwa yang terjadi di Wadas tersebut telah mengubah kehidupan warganya. Masyarakat menjadi takut melakukan aktivitas. Untuk itu, mahasiswa pun meminta aksi tersebut untuk segera diakhiri.  "Kami mengajak kepada seluruh masyarakat untuk tak menutup mata atas apa yang terjadi. Bahwa memang ada aksi yang tak selayaknya terjadi di Desa Wadas," imbuhnya. 

"Peristiwa yang terjadi di Wadas itu menunjukkan betapa tangan besinya pemerintahan saat ini," sambungnya. 

3. Bakal terus berikan dukungan untuk Wadas

Berbagai poster kecaman dan protes juga dibawa oleh mahasiswa. IDN Times/Alfi Ramadana

Terlepas dari itu, Bagas menambahkan bahwa Asura memastikan bakal terus mengawal perkembangan kasus di Wadas. Pihaknya juga tidak menutup kemungkinan untuk menggelar aksi unjuk rasa kembali jika kekerasan dan aksi represif masih terjadi di Wadas. Termasuk juga jika desakan mereka tidak direspon pemerintah. 

"Aksi kali ini adalah sebagai langkah fundamental awal untuk berikutnya. Kami akan kembali konsolidasikan untuk langkah-langkah berikutnya," tandasnya. 

Kasus Wadas sendiri bermula dari rencana pembangunan Bendungan Bener, Purworejo. Sebagian material untuk membangun bendungan tersebut adalah batu andesit yang diambil dari Desa Wadas. Warga desa kemudian menolak penambangan batu andesit tersebut lantaran dinilai bisa merugikan masyarakat. Salah satunya adalah efek yang dihasilkan dari penambangan adalah kerusakan pada lingkungan hidup. 

Editorial Team