Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dari kiri ke kanan: Luluk Nur Hamidah, Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini saat tiba di lokasi debat publik Pilgub Jatim 2024. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Surabaya, IDN Times - Fenomena melemahnya kohesi sosial terjadi di masyarakat, etnis maupun lainnya menjadi salah satu pertanyaan dalam debat kesatu Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim). Paslon nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak mengklaim kalau kohesi sosial di Jatim sudah bagus.

"Kami ingin mengawali, bahwa kohesivitas sosial di Jatim sangat baik, karena ormas juga memberikan siraman di antara seluruh anggota organisasinya seperti shalawatan," kata Khofifah.

Namun ia tak memungkiri ada tantangan lain. Makin hari gadget begitu menguasai keseharian masyarakat sehingga perlu upaya menguatkan interaksi sosial. "Manusia adalah makhluk sosial, bukan makhluk soliter," kata Khofifah.

Klaim Khofifah itu ditanggapi paslon nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah - Lukmanul Khakim. Luluk mengatakan, fenomena melemahnya kohesi sosial di masyarakat yang dapat menimbulkan masalah serius dan dapat diatasi dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila.

"Sistem menerapkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika akan memberikan jalan keluar terbaik untuk problem yang terkait dengan kohesi sosial ini," ungkap Luluk.

Ia mencatat bahwa 40 persen konflik sosial terjadi di perkotaan dan sering kali diakibatkan oleh ketimpangan ekonomi, kedisharmonisan, serta faktor kemiskinan.
Luluk menekankan pentingnya kolaborasi antara lintas agama, lintas budaya, dan komunitas.

"Oleh karena itu, penting kolaborasi antara lintas agama, lintas budaya, komunitas, dan bahkan program kolaborasi serta sekolah inklusi," jelasnya.

Ia juga mengusulkan dialog komunitas untuk menjaga harmoni di masyarakat. "Dialog komunitas untuk menjaga harmoni sangat penting di Jawa Timur, karena kita adalah masyarakat yang multi-kultural. Maka, jangan sampai keberagaman ini menimbulkan disharmoni di tengah masyarakat kita," tegasnya.

Dengan pendekatan ini, Luluk berharap dapat mendorong terciptanya masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif. "Mari kita jadikan Pancasila sebagai pedoman dalam hidup bermasyarakat, agar keharmonisan dan keutuhan masyarakat di Jawa Timur dapat terjaga," tegas Luluk.

Sementara itu, paslon nomor urut 3, Tri Rismaharini - Zahrul Azhar Asumta menyampaikan kalau kohesi sosial itu berkaitan dengan ketahanan sosial. Nah dari itu penguatannya dengan ketahanan ekonomi.

Kemudian Risma juga menyebut kalau penguatan wawasan kebangsaan sangat penting. "Wawasan kebangsaan, ini kita harus pahami bahwa berbeda itu indah. Pembentukan kelompok bersama juga penting," katanya.

Khofifah pun kembali menanggapi respons dua paslon tersebut. Ia menyebut Indeks Kinerja Utama (IKU), Indeks Gini Ratio dan Thiel selama kepemimpinannya bersama Emil tercatat sangat positif.

Kesenjangan antara desa dan kota bisa ditekan dan selama kepemimpinannya bahkan mengalami proses penyempitan. Begitu pula dialog multikultur, hanya di Jatim ada Asrama Mahasiswa Nusantara dan Jatim paling banyak menerima afirmasi dari anak-anak Papua melalui Program Jatim Adem.

Diketahui, ketiga pasangan calon mengikuti debat publik kesatu Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2024 di Graha Unesa Surabaya, Jumat (18/10/2024). Tema debat publik kali ini adalah Transformasi Sosial dan Peningkatan Produktivitas Sumber Daya Lokal untuk Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur. Adapun sub temanya adalah daya saing dan nilai tambah ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Kemudian demografi, kemiskinan dan kesenjangan. Selanjutnya adalah masyarakat digital, ketahanan sosial serta penguatan budaya dan identitas lokal. Tujuh panelis dari unsur akademisi menguji visi misi dan gagasan para pasangan calon alias paslon berdasarkan tema itu.

Editorial Team