Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)
Pada bulan Mei hingga September 2020, jumlah kasus aktif COVID-19 terus berada di angka 1.000 orang perharinya. Bahkan, beberapa saat pernah menyentuh 3.000 kasus aktif dalam sehari. Kondisi ini dikarenakan adanya penambahan kasus yang terus menerus mulai dari puluhan hingga ratusan dalam sehari. Namun penambahan ini tak dibarengi dengan angka kesembuhan.
Di bulan Juli 2020, Kementerian Kesehatan merevisi kriteria pasien sembuh dari COVID-19. Jika sebelumnya pasien dapat dinyatakan sembuh jika telah mendapatkan hasil dua kali negatif dari tes swab PCR, regulasi ini diubah. Pasien hanya perlu memiliki satu kali hasil negatif COVID-19 atau bahkan tak usah sama sekali bagi pasien tanpa gejala yang telah merampungkan isolasi mandiri selama 14 hari.
Perubahan regulasi ini pun dimanfaatkan dengan baik oleh Pemkot Surabaya. Angka kesembuhan pasien COVID-19 di Kota Pahlawan melonjak tajam. Hal ini pun berbanding terbalik dengan kasus aktif yang terus menurun. Hingga akhirnya di akhir September, pasien dalam perawatan di Kota Surabaya berada di kisaran angka 500 orang.
Bahkan, titik terendah ada di bulan November. Jumlah penambahan kasus dalam sehari hanya berjumlah belasan orang. Kasus aktif pun selalu berada di bawah angka 100.
"Alhamdulillah, memang ternyata setelah libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW awal bulan kemarin tidak ada lonjakan kasus COVID-19 di Surabaya," ujar Kabag Humas Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara, Senin (16/11/2020).
Menurunnya kasus aktif dan penambahan kasus ini terus terjadi hingga November 2020. Santi menilai, selain karena perubahan regulasi, Satgas COVID-19 sudah memiliki cukup alat untuk testing serta memperbaiki jangkauan tracing.
“Karena testing dan tracing ini menjadi ibaratnya menjadi senjata untuk memerangi COVID-19,” imbuh Santi.
Selain itu, Santi menduga bahwa telah terbentuk kekebalan komunitas di Surabaya. Hal ini dapat terjadi jika banyak masyarakat yang sebenarnya telah terpapar COVID-19 namun tak menyadarinya karena tidak bergejala dan tidak melakukan tes. Sehingga, mereka sebenarnya telah memiliki kekebalan tersendiri terhadap virus corona.
Kondisi tersebut sebenarnya baik untuk tingkat penularan. Namun tentu saja, para warga berisiko tinggi seperti lansia, pemilik komorbid, dan ibu hamil amat rentan mengalami gejala berat hingga meninggal. Hal ini dibuktikan dengan angka kasus kematian akibat COVID-19 di Kota Surabaya yang tak pernah berhenti.