Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hektaran tanamam padi di Desa Patalan, Kecamatan Kendal Ngawi gagal panen akibat serangan tikus dan Sundep. IDN Times/Riyanto.
Hektaran tanamam padi di Desa Patalan, Kecamatan Kendal Ngawi gagal panen akibat serangan tikus dan Sundep. IDN Times/Riyanto.

Intinya sih...

  • Serangan hama tikus dan sundep meluas di Ngawi

  • Serangan bergeser ke wilayah barat Ngawi, termasuk tanaman jagung dan hortikultura

  • DKPP sebut pengendalian sudah dilakukan, petani alami kerugian besar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ngawi, IDN Times – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi angkat bicara soal ancaman gagal panen akibat serangan hama tikus dan sundep yang semakin meluas. Serangan kali ini paling parah terjadi di Desa Patalan, Kecamatan Kendal, pada musim tanam kedua (MT2) 2025.

Kepala Bidang Tanaman Pangan DKPP Ngawi, Hasan Zunairi, membenarkan sebagian besar lahan terdampak berada di Dusun Jeruk Gulung. Dari total 83 hektare, sekitar 62 hektare gagal tanam. Sementara 21 hektare lainnya masih terdapat tegakan tanaman dengan kondisi berbeda: 1,5 hektare puso (gagal panen total), 4,5 hektare rusak berat, 5,5 hektare rusak sedang, dan 9,5 hektare kategori ringan.

"Selain itu, masih ada 110,5 hektare lahan yang statusnya waspada di dusun lain. Kami sudah ambil langkah pencegahan,” kata Hasan saat dikonfirmasi, Senin (25/8/2025).

1. Serangan bergeser ke wilayah barat Ngawi

Ratusan hektar tanaman padi petani Desa Patalan, Kecamatan diserang hama tikus dan sundep.. IDN Times/ Riyan.

Hasan menjelaskan, serangan hama tikus tahun ini berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya lebih banyak terjadi di wilayah tengah hingga timur Ngawi, kini justru bergeser ke bagian barat, seperti Kecamatan Kendal dan Ngrambe.

Tak hanya itu, pemantauan terbaru menunjukkan serangan juga mulai merambah ke tanaman jagung dan hortikultura.

"Ini yang menjadi perhatian kita karena migrasinya naik ke atas. Jadi bukan hanya padi, tapi juga jagung bisa kena,” ujarnya.

2. DKPP sebut pengendalian sudah dilakukan

Ratusan hektar tanaman padi petani Desa Patalan, Kecamatan diserang hama tikus dan sundep.. IDN Times/ Riyan.

Hasan menegaskan pemerintah daerah bersama kelompok tani tidak tinggal diam. Sejumlah langkah pengendalian sudah dilakukan sejak awal tahun, antara lain gropyokan tikus bersama sembilan kelompok tani di Patalan, serta pembangunan puluhan rumah burung hantu (Rubuha) sebagai predator alami.

Meski begitu, menurut Hasan, dibutuhkan strategi jangka panjang agar kejadian serupa tidak terus berulang. "Kami sarankan petani mengubah pola tanam, misalnya kembali menanam tebu yang lebih aman. Ke depan, kita juga siapkan sekolah lapang terpadu agar petani lebih siap menghadapi hama,” jelasnya.

3. Petani akui alami kerugian besar

Ratusan hektar tanaman padi petani Desa Patalan, Kecamatan diserang hama tikus dan sundep.. IDN Times/ Riyan.

Sebelumnya dilaporkam, para petani mengaku kerugian akibat serangan hama tikus kali ini sangat besar. Darju, petani asal Patalan, menuturkan biaya produksi tiap musim tanam bisa mencapai Rp12 juta per hektare. Namun hasilnya nihil karena gagal panen berulang.

"Sudah tiga kali gagal panen diserang tikus dan sundep. Susahnya tidak bisa dibayangkan,” keluhnya.

Samsudin, petani lain, menambahkan mayoritas modal yang digunakan berasal dari pinjaman bank. “Kalau masih hijau bisa dibuat pakan ternak, tapi kalau sudah mati ya habis. Modal pinjaman tiga kali hilang,” ujarnya.

4. DKPP minta petani tidak putus asa

Ratusan hektar tanaman padi petani Desa Patalan, Kecamatan diserang hama tikus dan sundep.. IDN Times/ Riyan.

Menutup pernyataannya, Hasan meminta petani untuk tetap tenang dan tidak putus asa menghadapi situasi ini. Ia menegaskan DKPP Ngawi akan terus mendampingi petani dan mencari solusi terbaik.

"Kami paham kondisi ini berat bagi petani. Tapi kami tidak tinggal diam, dan upaya pengendalian terus kita lakukan. Mudah-mudahan dengan kerja sama semua pihak, dampak serangan tikus bisa ditekan,” pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team