Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251006-WA0065.jpg
Korban meninggal Ponpes Al Khoziny Maulana Alfan Ibrahim (13). (IDN Times/Khusnul Hasana)

Intinya sih...

  • Keluarga korban Ponpes Al Khoziny masih berduka atas kepergian Baim, salah satu dari 54 korban meninggal.

  • Baim adalah anak yang baik dan tak pernah aneh-aneh, meninggal saat sedang salat ashar karena gedung musalah ambruk.

  • Keluarga merasa ikhlas dan yakin bahwa Baim meninggal dalam keadaan Khusnul Khatimah karena sedang salat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Tenda dan karangan bunga masih terpasang rumah Maulana Alfan Ibrahim (13) di Jalan Karang Anyar Kulon IX, Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean, Surabaya. Ibrahim atau Baim adalah salah seorang dari 54 korban meninggal tragedi Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo pada Senin (29/9/2025) lalu.

Rumah yang hanya berukuran sekitar 4 kali 7 meter itu tak seramai beberapa hari sebelumnya. Tapi kesibukan masih terasa. Ada yang sibuk menyiapkan makanan, ada pula yang sibuk mencuci perabotan.

Sang bibi, Juliana tampak menyambut beberapa awak media yang sudah di depan pintu. Ia lalu menceritakan kisah hidup bocah 13 tahun itu.

Baim dimakamkan di Madura setelah dinyatakan meninggal dunia pada Senin (29/9/2025) lalu, beberapa saat setelah dilarikan ke rumah sakit. Bapak ibu Baim pun tak ada di rumah lantaran sedang ziarah ke makam anaknya di Madura, Senin (6/10/2025).

Juliana mengatakan, Baim baru tiga bulan mondok di Al Khoziny. Setelah lulus dari sekolah dasar (SD) bocah itu sendiri yang memilih untuk mondok di sana. Keinginan itu lantaran hampir seluruh anggota keluarga adalah alumni pondok Al Khoziny.

"Iya, dari kecil memang pengin mondok, pamannya kan saudara saya kan juga mondok di sana dulu. Saya juga alumni di sana," kata Juliana ditemui di kediamannya.

Semasa hidup, Baim adalah anak yang baik. Bocah itu tak pernah aneh-aneh. "Anaknya baik, pendiam, dia juga gak neko-neko," ungkap Juliana.

Saat kejadian, Baim sedang salat ashar. Tiba-tiba gedung musala ambruk. Bocah itu sempat tertimbun reruntuhan bangunan.

Baim yang tak berdaya itu berusaha diselamatkan oleh sang kakak sepupu, Kevin yang merupakan anak Juliana. Saat Keluar dari reruntuhan, tubuh Baim sudah berlumuran darah.

"Ketika keluar dari lobang dia (Kevin) dipanggil temannya suruh angkat, ini tolong adiknya (Baim) itu langsung dia lari masuk lagi, mencari adiknya itu," ucap Juliana.

Baim kemudian dilarikan ke RS Siti Hajar, Sidoarjo. Saat dibopong oleh sang kakak, Baim sempat merintih memanggil kakaknya.

"Ketika dia sama Kevin digendong itu masih bilang 'mas' gitu, tapi dengan suaranya itu agak lirih," jelasnya.

Tiba di RS Siti Hajar, nyawa Baim ternyata tak bisa ditolong. Bocah itu pun meninggal dunia pada Senin malam.

Juliana mengaku, keluarga sudah ikhlas dengan kepergian Baim, walaupun keluarga sempat syok. Pihaknya yakin, Baim meninggal dalam keadaan Khusnul Khatimah, lantaran sedang salat.

"Alhamdulillah dia mati dalam keadaan sudah berwudu. Dia dalam salat, cuma pertamanya itu syok, kaget. Tapi ya sekarang Alhamdulillah bisa terima," pungkas dia.

Editorial Team