Selama 2025, RSJ Menur Terima 85 Pasien Kecanduan Judol

- RSJ Menur Surabaya menerima 85 pasien kecanduan judi online (judol) sepanjang tahun 2025.
- Pasien kecanduan judol berusia mulai dari 14 hingga 70 tahun, dan terapi dilakukan berdasarkan tingkat keparahan masing-masing.
- Beberapa pasien yang kecanduan judol juga diketahui kecanduan napza, bahkan ada yang menggunakan aplikasi judol untuk keseharian mereka ketika menggunakan obat.
Surabaya, IDN Times - Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya mencatat, sepanjang tahun 2025 telah menerima 85 pasien karena kecanduan judi online (judol). 85 pasien itu bahkan ada yang menjalani perawatan intensif di RSJ Menur.
Dirut RSJ Menur drg Vitria Dewi mengatakan, usia pasien karena judol beragam. Bahkan, ada yang masih berusia 14 tahun.
"Jadi data per Mei pasien kami yang dilayani menjadi 85 orang yang terkait judol. Pasien kami yang ter yang termuda itu 14 tahun. Tertuanya sampai saat ini umur 70 tahun," ujarnya, Selasa (24/6/2025).
Vitria menyebut, pasien kecanduan judol itu awalnya mereka hanya iseng bermain. Terapi, saat mereka memenangkan permainan, judol ternyata membuat mereka terus ingin bermain hingga kecanduan.
"(Judol) itu kan menimbulkan rasa senang di otaknya, kemudian dia ingin lagi, nambah lagi. Mereka mereka enggak tahu kalau aplikasi yang seperti itu bikin ada adiksinya di sana," terang dia.
Pasien-pasien tersebut selain kecanduan judol juga kecanduan napza. Ini diketahui setelah mereka dilakukan pemeriksaan.
"Ternyata mereka juga mengakses dan menggunakan aplikasi judol itu untuk keseharian mereka ketika menggunakan obat," tuturnya.
Bahkan, ada juga pasien yang diketahui kecanduan judol setelah mereka tengah menjalani rehabilitas napza. Bahkan, mayoritas yang menggunakan napza juga kecanduan judol.
"Pasien-pasien kami yang ternyata lagi di rehab untuk Napza setelah kami dalami ternyata hampir hampir sebagian besar dari mereka menggunakan untuk judol," terang dia.
Vitria menuturkan, perawatan pasien kecanduan judol ini dilakukan berdasarkan tingkat keparahan masing-masing. Ada yang dirawat inap ada juga yang rawat jalan.
"Ada yang memang harus obat dan terapi psikososialnya. Karena ada masalah dengan perilakunya, maka terapi psikososialnya juga harus diikutin juga," pungkas dia.