IDN Times/Mohamad Ulil Albab
Guru SMPN 1 sekaligus Koordinator Kegiatan, Muhammad Saiful menjeaskan, program karantina para siswa agar tinggal di perkampungan pelosok, memang tidak masuk dalam kurikulum. Namun, SMPN 1 menginisiasi sebagai cara agar para siswa bisa mengaplikasikan materi pelajaran di kelas dengan praktik langsung di kehidupan nyata, yakni bermasyarakat.
"Ini adalah program dari kegiatan ekstrakulikuler, jadi apa yang sudah dipelajari secara teori di kelas, misalkan IPS, PPKN, Agama, bagaimana siswa menerapkannya secara langsung di masyarakat. ini kami laksanakan sejak 2012, rutin setiap tahun kami gelar," kata Saiful saat mengantar Anak-anak ke Kampung Papring.
Selama tinggal di rumah-rumah penduduk, para siswa akan belajar menggunakan bahasa lokal Using maupun Madura. Adaptasi juga dilakukan ibarat memiliki orangtua baru di rumah yang sedang ditinggali. Para siswa akan makan dengan menu yang biasa dimasak warga Papring, akan ikut mencari rumput bila memiliki ternak, dan aktivitas sehari-hari di kebun maupun hutan.
"258 siswa mereka akan tinggal selama 4 hari di dua Rukun Warga (RW). Dibagi kelompok-kelompok, dititipkan ke induk semang, mereka akan hidup seperti yang dilakoni bapak emaknya (orangtua sementara), kalau lagi nyari rumput, ya dia akan ikut bantu nyari rumput," ujar Saiful.
Harapannya, setelah menuntaskan pengalaman menginap dan berbaur dengan masyarakat di pelosok, para siswa bisa belajar bersyukur, lebih dewasa, dan tentunya memiliki karakter yang lebih mandiri.
"Mereka (siswa) akan menyadari, pertama pasti lebih bersyukur, karena hidup mereka jauh lebih baik secara ekonomi dibandingkan kehidupan warga yang hidup terpencil seperti ini. Tujuannya agar siswa bisa belajar bersyukur, melihat perjalanan susah, masyarakat di sini masih mau giat bekerja, anak-anaknya tekun belajar, masak yang hidupnya lebih mapan tidak mau giat. Setelah bersyukur harapannya siswa akan memperbaiki diri," katanya.