Suasana pengunjung di stan kuliner UMKM Romokalisari Adventure Land, Surabaya. (Dok. Diskominfo Surabaya)
Semenjak pagebluk COVID-19 melanda, Pemerintah Kota Surabaya memang harus matian-matian bangkit dari keterpurukan. Di tahun 2020 ekonomi Surabaya merosot jauh, angka pengangguran tinggi dan persentase masyarakat miskin meningkat.
Data yang dimiliki Pemerintah kota Surabaya, Pertumbuhan ekonomi di Surabaya sempat turun drastis hingga minus. Di tahun 2016 sebesar 6,00 persen, 2017 6,13 persen, 2018 6,19 persen, 2019 6,10 persen dan 2020 -4,85.
Angka pengangguran terbuka juga meningkat, di tahun 2017 sebesar 5,98 persen, 2018 sebesar 6,12 persen, 2019 sebesar 5,47 persen dan 2020 terkerek sebesar 9,79 persen. Peningkatan jumlah pengangguran ini terjadi karena selama pandemik COVID-19 yang menyebabkan PHK besar-besaran. Di tahun 2021 angka ini menurun menjadi 9,68 pesen.
Karena pengangguran naik, maka angka kemiskinan pun juga meningkat, Berdasarkan data BPS Kota Surabaya, pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin sebanyak 161.010 jiwa atau mencapai 5,63 persen. Tahun 2017 sebanyak 154.710 jiwa atau 5,39 persen. Angka ini mengalami penurunan di tahun 2018 yakni menjadi 140.810 atau menjadi 4,88 persen. Angka ini terus mengalami penurunan di tahun 2019 menjadi 130.550 jiwa atau turun menjadi 4,52 persen. Tapi saat pandemik melanda, angka kemiskinan meningkat drastis yakni menjadi 145.670 jiwa atau 5,02 persen di tahun 2020.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya Febrina Kusumawati mengatakan ekonomi Surabaya mulai naik di tahun 2021 sebesar 2,49 dan bahkan pada triwulan kedua 2022, ekonomi Surabaya naik hingga 6,69 persen. Salah satu yang menjadi penopang adalah sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Dari jatuh banget itu, di tahun 2020 itu langsung bisa naik salah satu topang besarnya ya di UMKM," tuturnya.
UMKM menyumbang 27,7 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berasal dari Perdagangan besar dan eceran.