Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Malang, IDN Times - Masyarakat digegerkan dengan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh dokter RS Persada Malang berinisial AY. Sejauh ini, sudah ada 2 korban yang melapor ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Malang Kota.

1. IDI mengatakan jika kasus ini adalah bentuk Ketidakprofesionalan seorang dokter

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang, dr Sasmojo Widito. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang, dr Sasmojo Widito mengatakan jika sebagai dokter profesional memang harus mengikuti norma. Ia menjelaskan jika dokter harus mengikuti norma hukum pidana/perdata, norma disiplin profesi, dan norma etika.

"Pelanggaran dari satu atau kombinasi norma ini adalah bentuk ketidakprofesionalan. Makanya memang harus dibina, selanjutnya dinilai apakah bisa diperbaiki atau tidak," terangnya saat dikonfirmasi pada Jumat (25/4/2025).

2. Tindakan IDI Malang pada kasus di RS Persada Malang

Potret RS Persada Malang. (Dok. Humas RS Persada Malang)

Sasmojo mengatakan jika tindakan sementara IDI Malang saat ini adalah mendukung proses penyelidikan oleh Satreskrim Polresta Malang Kota. Mereka juga akan melakukan rapat dan menunggu keterangan dari pihak rumah sakit terkait kasus ini.

"Tapi kami pasti akan melakukan pembinaan pada yang bersangkutan, dan pasti akan ada sanksi. Dasarnya ya norma tadi, kita punya norma hukum dan disiplin ya harus diikuti. Etika profesi apalagi, ya harus diikuti. Kita gak akan bisa maju kalau norma aja dilanggar," tegasnya.

3. IDI Malang berharap kasus ini jadi pelajaran, bahwa pintar saja tidak cukup untuk menjadi dokter

Korban QAR saat membuat laporan di Polresta Malang Kota. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Lebih lanjut, Sasmojo berharap para sejawat dokter untuk mengikuti norma yang berlaku di masyarakat. Pasalnya norma ini adalah kesepakatan bersama di Masyarakat. Semua dokter harus tahu terkait norma ini, pasalnya pekerjaan mereka berhubungan langsung dengan masyarakat.

Kemudian ia mengingatkan para dokter yang tengah menjalankan pendidikan harus mendapatkan pendidikan profesi dengan benar. Tidak hanya pendidikan akademik, harus ada pendidikan hard skill dan soft skill. Menurutnya soft skill itu mulai dari etika, moralitas, dedikasi, loyalitas, komitmen, dan lainnya.

"Seseorang pintar tapi etiknya jelas ya gak bagus juga. Dari mana soft skill, hard skill, dan akademis didapat? Ya dari role model, tidak hanya dari guru, visa juga dari ibu bagi anak-anak. Kalau role modelnya gak bagus, maka hasilnya juga gak bagus. Bukan masalah pandai, tapi masalah bijak," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team