Ketua RW 02 Lingkungan Kampung Ujung, Kelurahan Kepatihan, Dwi Sasongko (51), saat menyampaikan keluhan persoalan mangrove. IDN Times/Mohamad Ulil Albab
Di tempat yang sama, Ketua RW 02 Lingkungan Kampung Ujung, Kelurahan Kepatihan, Dwi Sasongko (51) mengatakan, banyak warga yang mengeluh karena aroma bau dan banyaknya sampah yang tersangkut di pohon mangrove. Dwi sendiri merupakan salah satu tokoh masyarakat setempat yang mendorong pemotongan mangrove.
"Dulu muara ini tidak ada mangrove. Kehidupan laut di sini banyak, bersih, ketika ditanami mangrove harapannya ada kepiting atau apa. Tapi, yang ada sampah, yang ada sedimentasi, yang ada nyamuk, banyak warga mengeluh gimana air ini mengalir," kata Dwi.
Dwi mengatakan, bila mangrove sudah ditebang, warga akan diminta untuk tidak membuang sampah. "Saya minta ke warga, kalau sudah dibersihkan (mangrove ditebang), tolong jangan ada buang sampah," ujarnya.
Menurutnya, penanaman mangrove di Kampung Mandar dan Kampung Ujung pada 2010 tak memperhatikan dampak panjang.
"Penanaman mangrove 2010 kok di tanam di sini. Yang nanam anak Kampung Ujung dan waktu itu mereka butuh pekerjaan, tanpa melihat di kemudian hari. Itu proyek provinsi dinas perikanan, harusnya ditanam di muara inkai sana," kata pria yang juga menjadi Plt Lurah Kepatihan ini.