Surabaya, IDN Times - A (4) dan B (7) terpaksa harus merawat ayahnya yang sakit lumpuh di kedua kaki. Tetapi, dibalik itu A dan B justru mendapat kekerasan dari sang ayah, BS.
Camat Tenggilis Surabaya, Wawan Windarto mengatakan, A dan B telah merawat ayahnya sejak satu tahun terakhir. Mereka berdua bahkan tidak sekolah karena merawat ayahnya.
Selama ini BS tidak berkenan anak-anaknya diasuh pihak lain, BS kekeuh tetap merawat A dan B. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah memberi akses bantuan kepada BS dan anak-anaknya.
"Anaknya yang pertama (BE) itu juga sudah sempat kita akseskan untuk dapat apa ya KTP-nya kemarin, kemudian juga nanti kita kejar paket kan karena sudah usia 17 gitu kan. Jadi itu. Jadi enggak benar kalau memang itu ya yang dimaksud bantuan itu apa," ungkapnya.
Pemkot Surabaya telah mengevakuasi A dan B dari rumah yang berada di Kutisari Selatan pada Kamis (11/9/2025). Sehingga mereka bisa mendapatkan perawatan dan kembali ke sekolah.
"Target kita ini kan untuk menyelamatkan anaknya supaya bisa mendapatkan pengasuhan yang sebaik-baiknya termasuk juga hak sekolah kan gitu ya," ujarnya.
Sementara sang ayah, dievakuasi ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya. Sebab diketahui BS selain lumpuh juga diduga mengalami gangguan kejiwaan.
"Ini juga koordinasi dengan DP3APPKB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana), Dinsos (Dinas Sosial), anak-anak ini diamankan di LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak)," terangnya.
Ketua RT 01 setempat, Sungkono mengatakan, sepengetahuannya BS kerap melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap anggota keluarganya. Hal itu membuat istri BS meninggalkannya sepekan setelah melahirkan A.
Bukan cuma itu, anak pertama BS, BE juga melarikan diri. BE mengaku kepada warga bahwa telah mendapatkan kekerasan dari sang ayah. "(Kaburnya BE) atas sepengetahuan (warga), cuma kan kita itu kan ya menolong gimana supaya orang tuanya itu tidak mengetahui," terang Sungkono.
BS sendiri, kata Sungkono pernah bekerja di tempat katering sebelum lumpuh. Setelah lumpuh pada Juni 2024 lalu, BS pun berhenti kerja. "Kurang tahu tapi di daerah mana (tempat kerja BS). (BS) Jatuhnya di kamar mandi Juni 2024," tandasnya.
Kepala Puskesmas Tenggilis, Dokter Agustina membenarkan adanya dugaan kekerasan yang dilakukan BS terhadap A dan B. Saat petugas melakukan pemeriksaan, diketahui mata B mengalami lebam dan luka. Akan tetapi, BS mengelak dan mengatakan luka itu karena jatuh. Namun, akhirnya BS mengaku telah melakukan kekerasan kepada anak-anaknya.
"Dia (BS) cerita, 'Iya Bu, saya terus-terang memang beberapa hari yang lalu itu Saya emosi, saya marah, akhirnya saya lempar pakai rotan kena matanya dia'," terang Agustina.
Agustina menuturkan, saat diperiksa, BS mengalami tensi tinggi dan punya riwayat hipertensi, diabetes, dan gangguan ginjal. Kondisi ini makin parah setelah BS jatuh dan lumpuh di kedua kakinya.
"Pada saat kami datang beliaunya sudah punya obat tekanan darah tinggi dan itu masih banyak sekali. Obat diabetes dia juga konsumsi. Jadi saat itu kami sarankan untuk meneruskan obat yang sudah dia punya," pungkas dia.