Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

Surabaya, IDN Times - "Take back your trash!," seru seorang anak laki-laki dengan lantang seraya mengibarkan bendera merah putih dengan sebilah bambu, Jumat (12/7). Terik matahari yang menyengat di Kota Surabaya tak menghalangi Ramadhani Wardana (6) menyuarakan seruan kepedulian lingkungan. Kaus kutang putih yang ia kenakan menampakkan keringatnya yang jelas membaluri tubuh kecilnya. Kehadiran Warda seakan menjadi "panglima" demonstrasi begitu mencuri perhatian siang itu.

1. Warda jadi "panglima" demo

IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

 

Warda dengan gagah berdiri di depan barisan demonstran lingkungan yang menamai dirinya Brantas River Coalition to Stop Imported Plastic (Bracsip). Ia seperti menantang matahari seraya sesekali mengecam tindakan Amerika yang menyelundupkan sampah plastik yang mencemari lingkungannya.

"Ayo mas! He! Kok aku ijen (kok aku sendirian)," ujarnya memanggil rekan-rekan demonstran lainnya yang bersembunyi dari sengatan matahari. Meski panas, Warda tak gentar tetap tegap menghadap kantor Konsulat Jenderal AS.

Rulli Mustika, salah satu demonstran mengatakan bahwa Warda adalah adik dari istrinya. Ia memang mengajak Warda ikut dalam demo tersebut untuk memanfaatkan waktu luangnya.

2. Ia diajak belajar perjuangkan lingkungan sejak dini

IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

Ketika ditanya apakah ia mengerti dengan yang ia katakan, Warda hanya mengangguk-angguk. Ia mengulangi perkatan orator yang menyerukan tuntutan-tuntutan terhadap Pemerintah Amerika Serikat.

"Amerika itu buang sampah, buang celana dalam, buang kotoran di Indonesia," ujar Warda polos. Ya, dia benar-benar mengulangi yang sebut orator meski kata-kata kotor tersebut tak seharusnya ia ucapkan.

Rulli mengatakan bahwa dulu ia juga bergabung dalam gerakan lingkungan saat duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Ia sudah aktif mengikuti demo-demo terkait lingkungan. Oleh karena itu, ia ingin menularkan kesempatan belajar tersebut kepada Warda, adik iparnya.

3. Meski nampak gagah, Warda tetaplah anak-anak

IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

 

Usai menjadi "panglima" demonstrasi, Warda kembali menjadi anak seusianya. Ia duduk di belakang patung ikan besar yang merupakan salah satu alat peraga demonstrasi. Ia menghindar dari sengatan matahari untuk sejenak. Lelah mengibarkan bendera, Warda pun mulai merasa perutnya keroncongan.

"Mas lapar minta maem," ujarnya kepada Rulli. Mendengar rengekan Warda, dengan sigap Rulli membuka ransel hitam di punggungnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak makanan berisi nasi dan lauk-pauk. "Ini makan sepuluk dua puluk se (makan sesuap dua suap saja)," ucap Rulli kepada Warda.

Puas mengisi energi, Rulli kembali berdiri dan meraih tiang benderanya. Ia pun mengibas-kibaskan lagi bendera merah putih tersebut menghadap kantor Konjen AS. Beberapa saat kemudian, Warda kembali merengek minta minuman segar kepada Rulli.

4. Beberapa anak juga ikut demonstrasi

IDN Times/Fitria Madia

 

Demo yang "dipimpin" oleh Warda bertujuan untuk mengecam ekspor sampah Amerika ke Indonesia terutama Jatim. Pasalnya dalam sampah kertas yang diekspor tersebut, diselundupkan 30 persen sampah plastik yang proses daur ulangnya berdampak buruk bagi lingkungan. Tak hanya itu, 10 persen sampah plastik tersebut merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Warda tak sendirian. Dua anak perempuan lainnya menyusul Warda. Mereka juga turut mengecam perlakuan Amerika yang dianggap terus-terusan mengotori negara tercinta mereka. Sama seperti Warda, Aeshnina dan Zade merupakan anak dari aktivis lingkungan. Mereka diajari sedari dini untuk memperjuangkan masa depan Bumi mereka.

Editorial Team