Prostitusi Masih Bersemi di Eks Lokalisasi Girun Malang

Malang, IDN Times - Prostitusi masih bersemi di kawasan bekas lokalisasi Girun di Desa Gondanglegi Wetan, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Padahal bekas lokasi jual beli seks itu sudah ditutup pada 24 November 2014 oleh Bupati Malang yang menjabat saat itu, Rendra Kresna.
Saat jurnalis IDN Times datang mengecek lokalisasi tersebut pada Senin (22/05/2023) sekitar pukul 11.00 WIB, beberapa wanita tuna susila tampak duduk-duduk di depan pintu rumah dengan dandanan tebal dan pakaian terbuka sambil menghisap sebatang rokok. Mata mereka tampak awas melihat satu persatu pria yang melewati gang-gang sempit di perkampungan padat penduduk tersebut.
1. Salah satu warga mengatakan memang masih ada PSK yang beroperasi di bekas Lokalisasi Girun
Pada 8 Mei 2021, beberapa bangunan bekas Lokalisasi Girun dibingkai menggunakan buldoser oleh PT KAI (Kereta Api Indonesia). Pasalnya, Lokalisasi Girun yang ada di bawah berdiri di atas tanah milik PT KAI, setidaknya ada 20 rumah semi permanen diratakan.
Sementara pemukiman yang ada di Lokalisasi Girun bagian atas berdiri rumah-rumah permanen dengan tembok beton dan atap genteng. Tanah tersebut memang milik warga yang terdaftar jadi bagian Desa Gondanglegi Wetan RT.07/RW.04, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Di pemukiman padat penduduk tersebut, beberapa Pekerja Seks Komersial (PSK) masih aktif menjajakan tubuhnya. Hal ini dibenarkan oleh salah satu warga yang tinggal di bekas Lokalisasi Girun bernama Slamet (68).
"Setelah bangunan di bawah dibongkar, memang tidak semua langsung pindah. Ada beberapa yang masih menetap dan pindah ke pemukiman yang atas," terangnya.
Ia mengungkapkan jika tidak semua rumah di bekas Lokalisasi Girun saat ini adalah rumah penyedia layanan esek-esek. Ia mengatakan setidaknya ada 7 rumah, termasuk miliknya, yang memang rumah untuk berkeluarga.
"Di sini kalau rumah tangga ada sekitar 7 keluarga. Kalau lainnya ya begitu (menyediakan layanan seks), dengan sistemnya seperti indekos," ucap pria yang sehari-hari mendapatkan penghasilan dengan membuka warung kopi ini.
Meskipun demikian, ia mengatakan kalau para keluarga ini tidak pernah bermasalah dengan perempuan-perempuan tuna susila. Bahkan beberapa anak-anak di sana biasa saja berpapasan dengan para PSK setelah pulang dari sekolah. Karena hal tersebut sudah jadi pemandangan biasa bagi mereka.