Potret Uskup Surabaya, Mgr. Didik. (Foto: Keuskupan Surabaya)
Meski Uskup Didik lahir dan besar di tanah Jawa, tempat yang telah membentuk banyak aspek kehidupan dan pelayanannya, panggilan Tuhan membawanya melintasi lautan menuju Kalimantan Barat.
Di Keuskupan Kalimantan, ia memimpin berbagai proyek inovatif dalam hal konservasi lingkungan, perlindungan orangutan, dan pemberdayaan masyarakat adat Dayak melalui Komunitas Tola'Bala. Bahkan, ia juga mendokumentasikan hukum adat Dayak dan mendirikan Komunitas Pastoral untuk mendampingi biarawan-biarawati di sana.
Sekembalinya Uskup Didik ke Keuskupan Surabaya pada 2005, ia melanjutkan karyanya sebagai Romo Kepala Paroki Santo Pius X Blora sekaligus menjabat sebagai Vikep Regio IV dan Sekretaris Eksekutif Unio Imam Projo.
Di samping itu, ia diutus menjadi dosen di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Widya Yuwana, Madiun, Jawa Timur. Uskup Didik juga aktif mendampingi berbagai kegiatan pastoral di wilayah Cepu.
Ketekunan dan kesetiaannya membuahkan hasil yang besar, hingga pada tahun 2012, ia dipanggil untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya. Penunjukan ini bukan sekadar kehormatan, tetapi juga sebuah perutusan untuk semakin mempersembahkan hidupnya bagi pelayanan yang lebih luas di keuskupan. Kontribusinya semakin besar, ia bahkan menjadi motor penggerak Musyawarah Pastoral untuk Arah Dasar 2020-2030 dan memimpin berbagai inisiatif untuk pengembangan gereja lokal.
Pada 29 Oktober 2024, diumumkan bahwa RD. Agustinus Tri Budi Utomo dipilih oleh Paus Fransiskus menjadi Uskup Surabaya. Berbagai persiapan upacara Tahbisan Uskup dilakukan, hingga pada 22 Januari 2025, ia resmi menjadi Uskup Surabaya setelah ditahbiskan oleh Yang Mulia Mgr. Piero Pioppo selaku Nunsius Apostolik untuk Indonesia.